Sukses

Penelitian Terbaru: COVID-19 Bisa Sebabkan Perubahan Jaringan Otak Penderitanya

Perubahan jaringan otak dapat terjadi setelah kena COVID-19

Liputan6.com, London - Penelitian terbaru menunjukan bahwa COVID-19 dapat menyebabkan perubahan struktur otak penderitanya, bahkan sesudah jadi penyintas.

Perubahan jaringan otak tidak hanya menimpa pasien COVID-19 dengan gejala berat, bahkan yang gejala ringan pun berisiko mengalami hal serupa.

Penelitian tersebut berdasarkan pada data yang dikumpulkan UK Biobank. Sebuah 'server' biomedis yang terdiri atas lebih dari 500.000 sukarelawan yang memberi informasi terkait penelitian berharga dari berbagai pusat penelitian.

Peneliti yang berbasis di Universitas Oxford dan Imperial College meninja pemindaian otak (MRI) dari relawan UK Biobank tiga tahun lalu, yang kemudian membandingkan pemindaian lanjutan yang dilakukan pada 2021.

Dari 782 peserta dalam penelitian tersebut, 394 orang diketahui terkonfirmasi COVID-19 antara Maret 2020 dan April 2021, seperti dikutip dari situs Forbes dan Medrxiv pada Senin sore, 21 Juni 2021,

Sebagian besar infeksi COVID-19 terjadi selama Oktober 2020 dan Januari 2021, sebanding dengan lonjakan kasus COVID-19 di Inggris, sebelum meluasnya akses vaksinasi.

 

Simak Video Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Penelitian Terkait Perubahan Jaringan Otak Pasien COVID-19

Dari 394 yang terinfeksi virus Corona, 15 orang menjalani perawatan rumah sakit untuk rata-rata selama 10 hari.

Pemindaian otak pada kelompok ini dibandingkan dengan pemindaian otak MRI terhadap 338 orang yang belum terinfeksi COVID-19.

Kedua kelompok dicocokan untuk usia, jenis kelamin, etnis, dan faktor metabolisme dasar termasuk tekanan darah dan indeks masa tubuh atau BMI.

Poin terakhir dapat dianggap sebagai indikator obesitas, faktor risiko yang diketahui memerparah kondisi COVID-19 pasien.

Individu dengan COVID-19 memiliki pemindaian MRI yang menunjukkan hilangnya materi abu-abu pada bagian tertentu di otaknya, dibandingkan dengan pemindaian yang mereka lakukan sebelum terpapar virus Corona atau SARS-COV-2.

Sementara individu yang tidak memiliki riwayat COVID-19, tidak menunjukkan adanya perubahan.

 

3 dari 4 halaman

Kandungan Materi Abu-Abu di Otak

Materi abu-abu otak mengandung sebagian besar jaringan dan sel saraf, dan bertanggung jawab untuk memproses sinyal yang dihasilkan di organ sensorik.

Para peneliti menemukan kelainan materi abu-abu di beberapa bagian otak pasien yang sembuh dari COVID-19, termasuk sistem penciuman (penciuman) dan pengecapan (rasa), serta area yang bertanggung jawab untuk memori (parahippocampus) dan korteks orbitofrontal.

Tidak hanya itu, materi abu-abu di otak juga bertanggung jawab untuk emosi dan memori.

Studi yang belum menjalani peer review yang ketat ini adalah yang pertama untuk mendokumentasikan perubahan otak terkait COVID-19 berdasarkan pemindaian otak MRI sebelumnya terhadap hampir 400 orang dewasa yang pulih dari penyakit COVID-19 akut.

Karena hilangnya indera penciuman (anosmia) telah menjadi ciri yang diketahui dari infeksi awal COVID-19, serta salah satu gejala sisa dari Long Covid, tidak mengherankan jika pemindaian otak menunjukkan kelainan pada indera penciuman.

Penulis penelitian mengakui bahwa masih harus ditentukan apakah saraf penciuman adalah titik masuk langsung dari virus Corona, atau hanya manifestasi umum dari penyakit akut dan kronis.

4 dari 4 halaman

Infografis 3 Vaksin dalam Program Vaksinasi Covid-19 Nasional Kantongi Izin WHO

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.