Sukses

Kasus Baru COVID-19 di Indonesia Tembus 12.624, Pembatasan Sosial Mutlak Dilakukan

Pembatasan sosial mutlak mengingat kasus baru COVID-19 di Indonesia tembus 12.624

Liputan6.com, Jakarta - Mengetahui kasus baru COVID-19 di Indonesia yang tembus 12.624 pada Kamis, 17 Juni 2021, pembatasan sosial menjadi hal mutlak yang diperlukan saat ini, kata Tjandra Yoga Aditama.

Menurut pria dengan gelar Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), kenaikan kasus harian COVID-19 di Indonesia perlu dikendalikan dan diturunkan secara maksimal, tidak cukup hanya optimal saja.

Pembatasan sosial bisa saja hanya amat terbatas atau sedikit lebih luas, bahkan dapat meluas sampai kepada lockdown total.  

"Yang pasti, dengan perkembangan sekarang, tidak mungkin lagi hanya meneruskan program yang sudah ada, sekarang harus ada peningkatan pembatasan sosial secara nyata dan jelas," kata Tjandra melalui pesan singkat yang diterima Health Liputan6.com, Jumat (18/6/2021).

Upaya selanjutnya, pelaksanaan tes dan telusur COVID-19 (test and tracing) harus ditingkatkan. Kedua hal ini, angka indikator targetnya jelas, hanya tinggal dipastikan pelaksanaannya di semua Kabupaten/Kota secara merata dengan komitmen yang jelas," dia menambahkan.

 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Menarik Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kesiapan Fasilitas Kesehatan

Kasus baru COVID-19 yang sudah tinggi, menurut Tjandra Yoga Aditama, perlu kesiapan fasilitas pelayanan kesehatan, baik di rumah sakit maupun pelayanan kesehatan primer.

"Yang disiapkan bukan hanya ruang isolasi dan ICU, alat dan obat, sarana dan prasarana lain, tetapi yang paling penting adalah SDM petugas kesehatan yang harus terjamin bekerja secara aman," lanjutnya.

"Tidaklah tepat kalau hanya menambah ruang rawat tanpa diiringi penambahan petugas kesehatan."

Selain itu, kepastian tersedianya data yang akurat dan selalu diperbarui. Analisa data juga harus dilakukan dengan dasar ilmu pengetahuan yang baik dan bijak.

"Hal ini sangat diperlukan agar penentu kebijakan publik dapat membuat keputusan yang berbasis bukti ilmiah yang tetap, evidence-based decision making process," imbuh Tjandra, yang pernah menjabat sebagai Direktur WHO SEARO.

3 dari 4 halaman

Pemberian Vaksinasi COVID-19 Massal

Adanya kasus COVID-19 yang kian meningkat, Tjandra Yoga Aditama menambahkan, pemberian vaksinasi COVID-19 ke publik harus secara maksimal. Walau vaksinasi tidak akan secara cepat menurunkan angka kasus yang sedang tinggi di suatu tempat, tetapi jelas vaksinasi akan berperan amat penting dalam pengendalian pandemi.

"Harus diingat juga bahwa untuk menentukan berapa jumlah orang yang harus divaksin agar tercapai kekebalan kelompok (herd immunity), maka akan tergantung dari angka reproduksi penyakit dan juga efektifitas vaksin," tambahnya.

"Kalau angka reproduksi meningkat dan juga efektifitas vaksin menurun (misalnya karena varian baru) maka jumlah orang yang harus di vaksin perlu lebih banyak lagi untuk dapat memeroleh kekebalan kelompok. Jadi, dalam situasi sekarang, maka angkanya mungkin perlu dihitung ulang."

4 dari 4 halaman

Infografis 6 Cara Hindari Covid-19 Saat Bepergian dengan Pesawat

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.