Sukses

Pertanyakan Efektivitas Vaksin Terhadap Virus Corona Varian Delta, Inggris Ragu Cabut Lockdown

Inggris memertanyakan seberapa ampuh vaksin Corona melawan COVID-19 Varian Delta?

Liputan6.com, London - Perdana Menteri Boris Johnson pada Rabu, 3 Juni 2021, mengatakan, tidak melihat apa pun di dalam saat ini untuk menghentikan rencana pencabutan lockdown di Inggris pada Senin, 21 Juni 2021.

Hanya saja Boris mengakui masih memertanyakan seberapa besar perlindungan yang ditawarkan vaksin saat ini terhadap Virus Corona varian Delta, B.1.617.2.

Saat ini, hanya B.1.617.2, salah satu dari tiga jenis varian COVID-19 B.1.617 (pertama kali ditemukan di India) yang menjadi varian of concern (VoC) Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Sebab, dari ketiga jenis varian Delta tersebut, B.1.617.2 yang memiliki tingkat penularan tinggi.

 

Simak Video Berikut

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Seberapa Efektif Vaksin Corona Terhadap Varian Delta B.1.617.2 ?

Kekhawatiran Boris Johnson muncul lantaran dari beberapa penelitian disebutkan bahwa vaksin COVID yang ada saat ini kurang efektif dalam melawan COVID-19 varian Delta daripada varian Alpha, seperti dikutip dari situs The Guardian pada Minggu, 6 Juni 2021.

Menurut Technical Briefing 13 dari Public Health England, analisa yang melibatkan 7.672 kasus bergejala yang diidentifikai sebagai B.1.1.7 dan 2.934 kasus yang diidentifikasi sebagai B.1.617.2 mengungkapkan bahwa setelah pemberian dosis pertama vaksin Pfizer/BioNTech atau vaksin AstraZeneca, ada pengurangan sepenuhnya sebesar 17 persen dalam efektivitas vaksin terhadap penyakit simtomatik dengan B.1.617.2 dibandingkan dengan B.1.1.7, tetapi hanya sedikit penurunan efektivitas vaksin setelah dosis penuh.

Profesor Imunologi di University of Surrey, Deborah Dunn-Walters pun mengatakan,"Vaksin melindungi, dan dosis kedua sangat penting terhadap varian Delta.".

 

3 dari 5 halaman

Apa Artinya Pengurangan 17 Persen?

Pengurangan 17 persen dalam efektivitas vaksin berkaitan dengan gejala penyakit setelah satu dosis. 

Akan tetapi, kata Prof Adam Finn dari Universitas Bristol yang merupakan anggota Komite Bersama untuk Vaksinasi dan Imunisasi, itu tidak memberitahu tentang tingkat keparahan penyakit.

Itu penting karena jika vaksin menawarkan perlindungan yang lebih rendah terhadap penyakit parah dari varian Delta, menjadi beban rumah sakit karena kasus meningkat akan lebih besar daripada sebaliknya.

“Kami tidak memiliki kepastian (atas) dampak pada efektivitas vaksin, terutama mengenai perlindungan versus penyakit parah setelah satu dosis dan setelah dua dosis,” kata Finn.

"Juga tidak jelas seberapa menularkan varian Delta," Finn melanjutkan.

Secara umum vaksin COVID-19 paling efektif terhadap hasil yang paling parah, seperti kematian, dan kurang efektif terhadap yang kurang parah, seperti infeksi tanpa gejala.

4 dari 5 halaman

Siap-Siap Melonjaknya Kasus?

Virus yang lebih menular, yang lebih sering lolos dari kekebalan yang diinduksi vaksin, lanjut Finn, akan menyebabkan peningkatan kasus yang lebih cepat karena orang lebih banyak bercampur. 

Akan tetapi jika vaksin mempertahankan kemampuannya untuk mencegah penyakit parah, rawat inap tidak akan meningkat secepat sebelumnya.

Menurut para ahli, itu adalah 'kemungkinan yang paling nyata' bahwa varian Delta sebanyak 50 persen lebih mudah menular daripada varian Alpha. 

Sementara pemodelan menunjukkan bahwa varian yang 40 persen lebih menular daripada varian Alpha dapat menyebabkan rawat inap harian melebihi yang tercatat selama musim dingin. 

Itu dengan asumsi relaksasi yang direncanakan dari pembatasan sosial akibat COVID-19 berlangsung pada Juni, dan tanpa memerhitungkan resistensi varian terhadap vaksin.

5 dari 5 halaman

Infografis Vaksinasi COVID Lansia di Indonesia Masih Rendah

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.