Sukses

Ketahui Efek Jangka Pendek dan Panjang Makanan bagi Anak

Makanan yang diberikan pada masa awal kehidupan anak memiliki efek jangka pendek dan panjang. Menurut dokter spesialis anak dari RSIA Limijati Bandung, Jawa Barat, Frecillia Regina pada jangka pendek makanan dapat memengaruhi perkembangan otak.

Liputan6.com, Jakarta - Makanan yang diberikan pada masa awal kehidupan anak memiliki efek jangka pendek dan panjang. Menurut dokter spesialis anak dari RSIA Limijati Bandung, Jawa Barat, Frecillia Regina pada jangka pendek makanan dapat memengaruhi perkembangan otak.

“Dampak makanan pada anak jangka pendeknya itu berpengaruh pada perkembangan otak, perkembangan otot tulang, dan metabolic programming,” ujar Frecillia dalam seminar daring di saluran YouTube Dr. Tan & Remanlay Institute dikutip Jumat (21/5/2021).

Ia menambahkan, dampak pada metabolic programming seperti gangguan metabolisme acap kali dilupakan. Padahal, metabolic programming tersebut akan berdampak pada diabetes, obesitas, dan penyakit jantung di kemudian hari sebagai dampak jangka panjang.

Sedang, efek jangka panjang makanan terhadap perkembangan otak dapat berupa gangguan performa kognitif dan kurangnya kemampuan edukasi. Pada perkembangan otot tulang jangka panjang yang terpengaruh berkaitan dengan kapasitas kerja imun.

Simak Video Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Dampak Pemberian Susu Tinggi Kalori dan Makanan Instan

Pemberian susu tinggi kalori dan makanan instan secara terus menerus pada anak dapat menimbulkan efek jangka panjang berupa obesitas.

Selain itu, makanan instan juga berpotensi menimbulkan masalah lain yang lebih parah yakni kanker.

“Makanan-makanan yang dikemas dalam bentuk plastik dan segala macam itu ternyata ada yang namanya kontaminan, bisa mengubah keluaran normal usus. Ujung-ujungnya jadi kanker.”

Jadi, lanjut Frecillia, anak ketika sudah tua bukan menjadi sehat, malah menjadi sakit-sakitan.

Biasanya, orangtua lebih memilih makanan instan mengingat lebih praktis dan harganya cenderung murah.  Ini adalah cara menyiasati pengeluaran agar tidak terlalu tinggi. Namun, di masa depan dampak kesehatan yang bisa didapat justru akan menguras pengeluaran dengan jumlah yang tidak sedikit.

“Kita pengennya beli makanan yang harganya tidak mahal, tapi begitu sakit harganya berjuta-juta bahkan puluhan juta lebih tinggi dibanding membeli makanan sehat.”

Menurut beberapa jurnal penelitian jangka panjang, anak-anak yang dulunya diberikan makanan yang mudah dan murah ternyata ketika sudah besar gula darahnya tidak baik, lemaknya tidak baik, dan kegemukan, tutup Frecillia.

3 dari 3 halaman

Infografis 9 Panduan Imunisasi Anak Saat Pandemi COVID-19

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.