Sukses

Kurang Tidur di Usia 50 Tahun? Risiko Demensia Mengintai

Studi terbaru terbitan Jurnal Nature Communications, menemukan risiko demensia yang disebabkan oleh kurangnya waktu tidur di usia 50 tahun.

Liputan6.com, Jakarta - Studi terbaru terbitan Jurnal Nature Communications, menemukan risiko demensia yang disebabkan oleh kurangnya waktu tidur di usia 50 tahun. Studi tersebut melibatkan 8.000 orang berusia 50 tahun di Inggris dan dilakukan selama 25 tahun.

Hasilnya, didapati bahwa 30 persen dari peserta studi berkemungkinan mengalalami demensia pada 30 tahun kemudian. Hal ini disebabkan karena kebutuhan tidur mereka kurang dari jumlah tidur normal, yakni 7 jam sehari. Tetapi mereka melaporkan hanya tidur selama 6 jam bahkan kurang dari 6 jam per harinya. 

Perilaku yang memengaruhi buruknya pola tidur ini diungkap oleh Ahli Epidemologi di Pusat Penelitian Kesehatan Masyarakat, Severine Sabia. Latar belakang perilaku merupakan penyebab dari memburuknya pola tidur seseorang.

Memburuknya pola tidur ini dipengaruhi oleh kebiasaan merokok, mengonsumsi alkohol, juga kondisi tubuh tertentu seperti hipertensi, diabetes, dan penyakit kardiovaskular. Selain itu, keaktifan tubuh, indeks massa tubuh, juga konsumsi buah dan sayur turut andil dalam memengaruhi pola tidur seseorang.

 

Simak Juga Video Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Penyempurna Studi

Temuan studi tersebut ternyata mampu menjadi penyempurna studi-studi sebelumnya.

Selama bertahun-tahun para peneliti telah mencari relevansi antara tidur dengan penurunan fungsi kognitif. Namun, kala itu masih belum ditemui jawaban pasti apakah memang benar kurang tidur merupakan gejala perubahan otak yang mengalami demensia atau justru kekurangan tidur menjadi pendorong munculnya demensia.

Pertanyaan tersebut akhirnya terpecahkan. Seseorang yang tidak memperoleh cukup tidur di usia 50 hingga 60 tahun memiliki kemungkinan lebih besar untuk menderita demensia ketika lansia.

Artinya, kurang tidur menjadi pendorong munculnya demensia.

“Tidur ini adalah gejala demensia, jadi ini adalah studi yang bagus dalam memberikan bukti kuat bahwa tidur benar-benar merupakan faktor risiko demensia,” ujar Dr. Kristine Yaffe, Profesor Neurologi dan Psikiatri di Universitas California, San Francisco.

 

 

Penulis: Rissa Sugiarti

 
3 dari 3 halaman

Infografis Gejala Demensia

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.