Sukses

Menkes: Penelitian Vaksin COVID-19 Dalam Negeri Agak Terlambat, Tapi Saya Bangga

Menkes mengatakan, meski pengembangan vaksin COVID-19 dalam negeri terlambat, tetapi dirinya bangga melihat berbagai peneliti yang terlibat dalam penelitian ini

Liputan6.com, Jakarta Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyebut bahwa meski pengembangan vaksin COVID-19 buatan Indonesia agak terlambat, tetapi vaksin asli buatan dalam negeri tetap dibutuhkan.

"Kita walaupun agak terlambat kita lakukan. Karena kita sangat membutuhkan vaksin-vaksin asli Indonesia agar bisa mengatasi masalah resiliensi," kata Menkes dalam Workshop Pengawalan Vaksin Merah Putih Oleh Badan POM, Selasa (13/4/2021).

Belajar dari embargo yang dilakukan India untuk vaksin AstraZeneca, Budi mengatakan bahwa kemandirian vaksin sangatlah penting. Saat ini Indonesia telah memiliki akses ke empat vaksin COVID-19: AstraZeneca, Sinovac, Novavax, dan Pfizer.

"Bayangkan kalau kita hanya punya dua atau bahkan satu sumber dan itu bermasalah. Program vaksinasi kita terganggu. Dan itu terjadi," kata Budi yang hadir secara virtual.

"Sesuatu yang menurut saya sangat wajar, tetapi akibatnya berdampak pada resiliensi, terhadap kemandirian, terhadap daya tahan, terhadap kedaulatan di banyak negara-negara lain. Termasuk kita," kata Menkes Budi Gunadi.

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Alokasikan Anggaran 400 Miliar

Menkes sendiri di kesempatan tersebut mengungkapkan bahwa dirinya bangga melihat banyaknya peneliti dan institusi yang telah melakukan penelitian untuk vaksin COVID-19.

"Agak terlambat menurut saya, tetapi saya bangga," kata mantan Wakil Menteri BUMN tersebut.

"Saya juga sudah memastikan Kementerian Kesehatan sudah mengalokasikan anggaran untuk tahun ini 400 miliar, untuk mendukung bersama-sama dengan Kemenristek/BRIN, untuk penelitian-penelitian vaksin," ia menambahkan.

Menkes juga berpesan kepada Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk membimbing para peneliti agar tidak jatuh ke "lembah kematian" yang membuat suatu penelitian gagal terealisasi.

"Itu salah satu tugas negara untuk memastikan kita bisa menggandeng para peneliti ini melewati lembah kematian itu dengan aman," kata Budi Gunadi.

Budi pun mengatakan bahwa tidak ada yang bisa menjamin bahwa pandemi serupa tidak akan terjadi di dunia.

"Tugas kita bersama untuk mempersiapkan infrastruktur pabrik, infrastruktur obat, infrastruktur peneliti-penelitinya, dan infrastruktur mekanisme produk peneliti-peneliti ini, pabrik-pabrik ini, bisa memproduksi obat lengkap, bila nanti 'SARS-CoV-3' atau 'SARS-CoV-4' datang."

3 dari 3 halaman

Infografis Stok Vaksin Covid-19 di Indonesia Menipis

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.