Sukses

Malas Kembali Kerja Setelah Liburan, Ini Penyebabnya Menurut Psikolog

Libur panjang atau libur akhir pekan menjadi waktu yang sangat ditunggu-tunggu oleh kebanyakan orang. Pasalnya, di waktu senggang tersebut orang-orang dapat melepas penat dengan berwisata atau bahkan hanya bersantai di rumah.

Liputan6.com, Jakarta - Libur panjang atau libur akhir pekan menjadi waktu yang sangat ditunggu-tunggu oleh kebanyakan orang. Pasalnya, di waktu senggang tersebut orang-orang dapat melepas penat dengan berwisata atau bahkan hanya bersantai di rumah.

Namun, perasaan malas acap kali timbul ketika waktu liburan akan usai yang artinya orang-orang tersebut harus kembali ke rutinitas harian baik bekerja maupun sekolah.

Menurut psikolog klinis dari lembaga holistic healing Enlightmind, Nirmala Ika, ada beberapa hal yang menyebabkan munculnya rasa malas ini.

“Malas kembali kerja atau sekolah sebenarnya karena mungkin kita merasa liburannya kurang, atau pada dasarnya kita kurang suka sama sekolah atau pekerjaan kita,” ujar Nirmala kepada Health Liputan6.com melalui pesan teks, ditulis Senin (29/3/2021).

Hal tersebut kemudian membuat orang-orang tidak mau kehilangan perasaan nyaman ketika berlibur, tambahnya. Liburan sering kali identik dengan hal-hal menyenangkan dan kerja identik dengan kewajiban atau beban.

“Tapi sangat mungkin ketika liburan kita tidak menyenangkan kita pingin buru-buru mengakhiri itu dan balik ke kantor aja.”

Simak Video Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tidak Semua Jenis Liburan Menyenangkan

Menurut Nirmala, tidak semua jenis liburan atau wisata menyenangkan bagi setiap orang. Misal, mendaki gunung. Sebagian orang menyukai kegiatan tersebut, tapi sebagian lagi tidak.

Ia menambahkan, mendaki gunung sebenarnya bukan hal sederhana dan mudah karena memerlukan persiapan.

“Walaupun pemandangan di atas gunung sering kali menggoda untuk didatangi tapi lebih baik setiap orang bijak juga untuk melihat kapasitas diri sendiri,” katanya.

“Apakah kita secara fisik cukup kuat? Apakah kita punya pengalaman atau informasi yg memadai untuk naik gunung? Apakah karakter saya juga cocok? Apa tujuan saya naik gunung? Apa motivasi saya?”

Pertimbangan-pertimbangan tersebut menjadi faktor yang menyebabkan sebagian orang sangat senang naik gunung dan sebagian lagi tidak.

Bagi orang yang tidak suka mendaki gunung, Nirmala merekomendasikan wisata alam yang santai dan ringan.

“Wisata alam itu banyak sebenarnya, bahkan berjalan kaki sejenak di hutan kota itu juga bisa membantu daripada memaksakan naik gunung tapi akhirnya kelelahan dan frustrasi. Jadi kebijaksanaan juga diperlukan ya,” tutupnya.

3 dari 3 halaman

Infografis 4 Tips Jaga Kesehatan Mental Saat Pandemi COVID-19

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.