Sukses

Tak Cuma Kerusakan Lingkungan, Polusi Disebut Berisiko Bikin Ukuran Penis Menyusut

Menurut peneliti, lingkungan yang tercemar polusi dapat mempengaruhi reproduksi manusia, mulai dari menyusutnya ukuran penis, menurunnya kualitas sperma, hingga mengurangi kesuburan wanita

Liputan6.com, Jakarta Ilmuwan mengatakan bahwa tidak hanya lingkungan yang terkena dampak buruk dari pencemaran kimia atau plastik. Mereka mengatakan bahwa polusi juga bisa berpengaruh buruk pada reproduksi manusia, memperkecil ukuran penis, hingga menurunkan kesuburan wanita.

Shanna H. Swan, ahli epidemiologi lingkungan dan reproduksi mengungkapkan itu dalam buku berjudul Count Down: How Our Modern World Is Threatening Sperm Counts, Altering Male and Female Reproductive Development, and Imperiling the Future of the Human Race.

Mengutip Men's Health pada Kamis (25/3/2021), sebuah studi yang dilakukan Swan bersama peneliti lainnya juga menemukan bahwa pada 1973 hingga 2011, terjadi penurunan jumlah sperma di kelompok masyarakat Barat.

Dalam buku terbarunya, Swan melihat bagaimana bahan kimia di lingkungan dapat menyebabkan jumlah sperma yang rendah, mempengaruhi tingkat kesuburan, serta menyusutnya ukuran penis.

"Bahan kimia di lingkungan kita dan praktik gaya hidup yang tidak sehat di dunia modern kita mengganggu keseimbangan hormonal kita, menyebabkan berbagai tingkat kerusakan reproduksi," tulis Swan.

 

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Bahaya Bahan Kimia

Tidak hanya pria, wanita pun juga terdampak pencemaran lingkungan. "Di beberapa belahan dunia, rata-rata wanita berusia dua puluhan saat ini lebih kurang subur dibandingkan neneknya ketika berusia 35."

Dikutip dari New York Post, Swan mengatakan bahwa penggunaan bahan-bahan seperti ftalat, paraben, atrazin, dan BPA atau bisphenol A, berdampak negatif pada tubuh manusia.

"Kami menemukan hubungan antara tingkat ftalat pada wanita dan kepuasan seksual mereka," kata Swan.

"Para peneliti di China menemukan bahwa pekerja dengan tingkat bisphenol A yang lebih tinggi, umumnya dikenal sebagai BPA, dalam darah mereka lebih cenderung memiliki masalah seksual termasuk penurunan gairah," ia menambahkan.

Swan menjelaskan bahwa bayi terpapar berbagai bahan kimia ketika berada dalam rahim, dan selama siklus hidup mereka sendiri. Kondisi ini membuat setiap generasi menyerap lebih banyak daripada sebelumnya.

"Itulah sebabnya kita terus mengalami penurunan kesuburan dan kualitas sperma," katanya.

3 dari 3 halaman

Infografis Pasukan Oranye

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.