Sukses

Pertama Kali di Prancis, Bayi Sehat Lahir dari Rahim Transplantasi

Kelahiran dari rahim transplantasi tersebut merupakan prosedur pertama yang dilakukan di Prancis

Liputan6.com, Jakarta - Pertama kalinya di Prancis, seorang bayi lahir dari rahim yang ditransplantasikan kepada seorang ibu. Anak perempuan itu lahir dalam keadaan sehat dengan berat 1,8 kilogram, pada Februari lalu.

"Ibu dan bayinya baik-baik saja," kata Jean-March Ayoubi, kepala ginekologi, kebidanan, dan pengobatan reproduksi di rumah sakit Foch, dikutip dari Straits Times pada Kamis (4/3/2021).

Bayi itu lahir dari seorang ibu bernama Deborah. Wanita 36 tahun ini lahir tanpa rahim akibat kondisi langka yang disebut Sindrom Rokitansky, yang menyerang sekitar 1 dari 4.500 perempuan.

Pada Maret 2019, Deborah menerima donor rahim dari sang ibu, yang saat itu berusia 57 tahun. Saat itu, para dokter yang menanganinya adalah tim yang juga membantu persalinannya beberapa waktu lalu.

"Kami harus menunggu setahun untuk memastikan rahim yang ditransplantasikan tidak ditolak," kata Ayoubi seperti dikutip dari France24.

Prosedur itu dilakukan di tengah lockdown, yang membuat tertundanya semya perawatan prenatal non-darurat di Prancis. Namun, proses persalinan berlangsung tanpa komplikasi besar.

Pihak rumah sakit mengungkapkan, Deborah telah hamil 33 pekan sebelum akhirnya melahirkan putrinya.

 

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

Simak Juga Video Menarik Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Proses Kelahiran yang Sangat Langka

Kelahiran pertama dari transplantasi rahim sendiri terjadi di Swedia pada tahun 2014. Proses serupa juga telah dicatat di Amerika Serikat dan Brasil, meski jumlahnya sangat jarang.

Pada 2017, dokter di Brasil juga berhasil melakukan proses serupa, pada seorang wanita yang menerima donor rahim dari seorang yang sudah meninggal. Pada kasus itu, sang ibu memiliki kelainan serupa dengan Deborah.

Ayoubi menjelaskan, ada sekitar 20 kelahiran setelah transplantasi rahim semacam ini di seluruh dunia.

Menurut profesor kedokteran di University of Versailles-Saint-Quentin-en-Yvelines itu, hal ini memberikan harapan bagi perempuan yang menderita masalah reproduksi serupa, atau sebagai alternatif dari adopsi atau ibu pengganti.

Ayoubi menambahkan, transplantasi rahim pada Deborah tidak dimaksudkan bersifat permanen atau "transplantasi sementara." Itu berarti wanita tersebut kemungkinan hanya memiliki satu orang anak.

Namun, tak jarang ada perempuan dengan rahim transplantasi melahirkan untuk kedua kalinya, seperti yang terjadi beberapa kali di Swedia.

Ayoubi dan timnya sendiri telah mendapat izin untuk melakukan pekerjaan mereka bagi wanita yang lahir tanpa rahim. Mereka juga merencanakan uji klinis bagi 10 wanita dengan kondisi serupa.

3 dari 3 halaman

Infografis 9 Panduan Imunisasi Anak Saat Pandemi Covid-19

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.