Sukses

Johnson & Johnson Rencanakan Uji Klinis Vaksin pada Bayi

Johnson & Johnson berencana untuk menguji vaksin COVID-19 pada bayi dan bahkan bayi baru lahir. Pengujian ini juga akan dilakukan pada wanita hamil dan pada orang yang sistem kekebalan tubuhnya terganggu.

Liputan6.com, Jakarta - Johnson & Johnson berencana untuk melakukan uji klinis vaksin COVID-19 pada bayi dan bahkan bayi baru lahir. Pengujian ini juga akan dilakukan pada wanita hamil dan pada orang yang sistem kekebalan tubuhnya terganggu.

Rencana uji klinis tersebut disetujui oleh direktur program vaksin presisi di Rumah Sakit Anak Boston Harvard Dr. Ofer Levy dan anggota komite penasihat Food and Drug Administration (FDA) atau Badan POM Amerika Serikat yang meninjau data vaksin perusahaan seperti yang dilansir New York Times.

Rencana percobaan ini dilaporkan sebagai bagian dari aplikasi perusahaan ke FDA untuk persetujuan penggunaan darurat dan dibahas dalam pertemuan FDA. 

“Mereka tidak menjelaskan banyak tentang hal itu tetapi menjelaskan bahwa mereka akan melanjutkan studi imunisasi virus korona pada anak dan ibu,” kata Levy.

Hal ini dikonfirmasi oleh juru bicara Janssen Biotech, anak perusahaan Johnson & Johnson yang memproduksi vaksin, bahwa perusahaan berencana untuk memperluas uji klinis kepada anak-anak.

Simak juga video berikut

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Diujikan pada anak usia 12-18 tahun

Pada tahap pertama, Johnson & Johnson akan menguji vaksinnya pada anak-anak dengan rentang usia di atas 12 tahun dan di bawah 18 tahun. Namun, penelitian pemberian vaksin pada bayi baru lahir dan remaja juga akan segera dimulai. Perusahaan kemudian akan menguji vaksinnya pada wanita hamil, dan terakhir pada orang dengan gangguan kekebalan tubuh.

Vaksin Pfizer-BioNTech dan Moderna, yang sekarang diberikan kepada orang dewasa, juga akan diuji secara bertahap pada kelompok usia yang lebih muda. Vaksin tersebut sekarang sedang diuji pada anak-anak berusia 12 tahun ke atas. 

Berbeda dari vaksin COVID-19 yang umumnya menggunakan messenger RNA atau mRNA, vaksin Johnson & Johnson menggunakan adenovirus yang dinonaktifkan, mirip dengan virus yang menyebabkan flu biasa. Metode ini telah diuji secara luas selama bertahun-tahun

Adenovirus akan menyampaikan petunjuk ke sel untuk membuat salinan spike protein virus. Sistem kekebalan penerima kemudian membuat antibodi melawan spike protein virus tersebut. Antibodi dapat memblokir infeksi virus korona yang membutuhkan spike protein agar dapat menginfeksi sel.

3 dari 4 halaman

Mayoritas pasar vaksin dunia adalah untuk anak

Sebagian besar pasar vaksin dunia adalah untuk vaksin pediatrik. Vaksin adenovirus yang sudah ada termasuk yang digunakan untuk Ebola, aman diberikan kepada bayi berusia satu tahun. Sementara, virus untuk pernapasan syncytial aman diberikan kepada bayi baru lahir.

Menurut Levy, hampir 200.000 orang telah menerima vaksin adenovirus dan tanpa laporan masalah keamanan yang berarti. Ia juga mengatakan bahwa Johnson & Johnson menyebutkan catatan keselamatan tersebut pada pertemuan FDA.

Levy menambahkan, menurutnya anak-anak tidak perlu diimunisasi agar sekolah bisa dibuka. Namun, banyak orang tua yang takut mengizinkan anaknya ke sekolah tanpa vaksin. Levy mencatat, memvaksinasi anak-anak akan membantu negara mencapai kekebalan komunal.

 

Penulis: Abel Pramudya Nugrahadi

4 dari 4 halaman

Infografis

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.