Sukses

Perawatan yang Kompleks Bikin Pasien Diabetes Tak Patuh Terapi, Inovasi Insulin Bisa Jadi Solusi

Insulin sudah digunakan untuk terapi diabetes sejak 100 tahun lalu. Penemuan itu terus dikembangkan oleh para ahli guna kemajuan penanganan diabetes di dunia.

Liputan6.com, Jakarta Insulin sudah digunakan untuk terapi diabetes sejak 100 tahun lalu. Penemuan itu terus dikembangkan oleh para ahli guna kemajuan penanganan diabetes di dunia.

Ketua Perhimpunan Endokrinologi Indonesia (PERKENI), Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD mengatakan, meski insulin sudah ada selama 100 tahun lalu, selalu ada tantangan dan kebutuhan pasien yang belum terpenuhi ketika melakukan terapi insulin.

“Pasien membutuhkan prosedur terapi yang lebih sederhana. Saat ini 2-in-1 insulin co-formulation IDegAsp merupakan salah satu inovasi yang dapat memenuhi kebutuhan pasien dan dapat membantu jutaan penderita diabetes di Indonesia,” ujarnya dalam keterangan pers, Kamis (25/2/2021).

Inovasi 2-in-1 insulin co-formulation IDegAsp sendiri adalah jenis insulin yang dikembangkan oleh perusahaan perawatan global Novo Nordisk dan sudah dapat digunakan di Indonesia.

Pada dasarnya, prinsip insulin ini adalah menyederhanakan prosedur terapi yang biasanya harus menggunakan lebih dari satu pen (suntikan insulin).

“Pasien yang menjalani terapi insulin biasanya membutuhkan lebih dari satu suntikan insulin setiap harinya untuk menjaga gula darah dengan baik,” kata Ketut.

Namun, prosedur terapi yang kompleks dapat menurunkan tingkat kepatuhan pasien dan menyebabkan kegagalan dalam menurunkan tingkat HbA1c yang ditargetkan. Untuk mengatasi tantangan tersebut, 2-in-1 insulin co-formulation IDegAsp memberikan prosedur yang lebih sederhana untuk dijalani oleh pasien, katanya.

Hal ini dikarenakan alat tersebut mengandung insulin degludec basal generasi baru dan insulin aspart dalam satu suntikan.  Inovasi 2-in-1 insulin co-formulation IDegAsp dirancang untuk menyederhanakan terapi insulin sehingga lebih mudah dijalani, hanya dengan satu kali suntikan sehari dan tidak membutuhkan re-suspensi.

“Inovasi ini juga aman karena memiliki risiko hipoglikemia yang rendah dan terbukti dapat menurunkan tingkat HbA1c dan mengontrol gula darah setelah makan.”

 

 

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

Simak Video Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Masalah Kesehatan Utama

Ia menambahkan, diabetes merupakan masalah kesehatan utama di Indonesia yang kini menjadi salah satu dari sepuluh negara dengan jumlah penderita diabetes tertinggi di dunia pada 2019. 

Jumlah penderita diabetes diperkirakan akan semakin meningkat dan perlu adanya intervensi untuk mencegah dan mengelola diabetes.

Untuk mengatasi jumlah pasien diabetes Indonesia yang semakin meningkat, para ahli kesehatan telah mengembangkan pedoman untuk mencegah dan mengelola penyakit tersebut. Dalam menangani diabetes, PERKENI telah menetapkan bahwa tingkat HbA1c pasien harus mencapai 7 persen. Sayangnya, lebih dari 70 pasien pasien diabetes di Indonesia tidak berhasil mencapai target tersebut akibat prosedur yang kompleks, katanya.

“Mengelola diabetes dengan mengontrol kadar glikemik yang baik dan stabil akan mencegah komplikasi diabetes jangka pendek dan jangka panjang, serta memberikan manfaat klinis dan ekonomi yang signifikan.”

Ketut berharap berbagai inovasi di bidang kesehatan dapat memudahkan pengobatan dan meningkatkan kepatuhan pasien serta membawa dampak positif bagi perawatan diabetes di Indonesia.

3 dari 3 halaman

Infografis 4 Tips Penderita Diabetes Hindari Penularan COVID-19

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.