Sukses

[Kolom Pakar] Prof Tjandra Yoga Aditama: Dendritik dan COVID-19

Dari 70 kandidat vaksin yang dalam fase uji klinik maka setidaknya ada dua kandidat dalam fase 1 / 2 yang menyebutkan menggunakan pendekatan sel dendritik, salah satunya di Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Imunoterapi adalah salah satu cara penanganan baru untuk menanggulangi penyakit kanker. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satu diantaranya adalah melalui mekanisme terapi vaksin sel dendritik, sebagaimana ditulis dalam Jurnal internasional Med Hypotheses, Januari 2021 yang telah dipublikasi online pada November 2020.

Sudah ada beberapa uji klinik yang meneliti pendekatan ini, baik dendritik sendiri maupun bersama teknik lain, untuk menangani berbagai jenis kanker. Tulisan dalam Med Hypotheses juga menyebutkan bahwa imunoterapi dapat menjadi salah satu kemungkinan potensi terapi untuk COVID-19. Peneliti tulisan ini menyatakan bahwa mereka berhipotesa, terapi vaksin sel dendritik mungkin dapat menjadi salah satu strategi pengobatan potensial untuk menangani COVID-19.

Di sisi lain, tulisan ini secara jelas juga menyampaikan keterbatasan analisanya. Pertama, vaksin imunoterapi dengan sel dendritik untuk menangani kanker memang masih dalam fase awal, disebutnya sebagai “infancy phase”, dan masih membutuhkan banyak uji pre klinik dan uji klinik ke depannya. Kedua, kenyataan bahwa masih belum sepenuhnya tersedia pengetahuan lengkap tentang COVID-19 tentu menjadi tantangan. Apalagi dalam perjalanan waktu masih terus muncul berbagai teori dan potensi pengobatan untuk COVID-19 yang perlu jadi bahan pertimbangan.

Jurnal ilmiah lain--Cellular & Molecular Immunology--tahun 2021 juga membahas tentang hubungan antara sel dendritik dengan limfosit CD8 dalam kaitannya dengan proses imunitas Infeksi virus SARS-CoV-2 penyebab penyakit COVID-19. Disampaikan bahwa walaupun memang tampaknya sel dendritik dan sel linfosit T CD8 memegang peran penting dalam pembentukan imunitas melawan  virus SARS-CoV-2, tetapi penelitian lanjutan yang lebih rinci perlu dilakukan. Publikasi lain di Jurnal ilmiah internasional  BMJ bulan Mei 2020 juga membahas kemungkinan vaksin dan sel dendritik ini, dalam topik “Developing a vaccine for covid-19. Dendritic Cells and selecting CoVID vaccines.”

 

Simak Juga Video Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

2 dari 70 Kandidat Vaksin Gunakan Pendekatan Sel Dendritik

Dalam database “WHO COVID-19 candidate vaccine landscape” tanggal 19 Februari 2021 beberapa hari lalu, tertera 70 kandidat vaksin yang dalam fase uji klinik dalam berbagai tahapnya, baik fase 1, fase 2 dan fase 3. Juga tercatat ada 181 kandidat vaksin yang dalam fase uji preklinik.

Dari 70 kandidat vaksin yang dalam fase uji klinik maka setidaknya ada dua kandidat dalam fase 1 / 2 yang menyebutkan menggunakan pendekatan sel dendritik, salah satunya di Indonesia. Dalam keterangan di website WHO ini disebutkan bahwa pada penelitian fase satu di Indonesia menggunakan platform “viral vector (replicating) + antigen presenting cell” disingkat VVr + APC.

Penelitian ini melibatkan subyek relawan yang tidak dan belum pernah terinfeksi virus SARS-CoV-2. Subyeknya juga akan mungkin mengikutkan orang usia lanjut dan mereka yang berisiko tinggi untuk penyakitnya menjadi berat kalau sakit COVID-19. Pada setiap relawan, akan diambil darah sebanyak 50 ml dan monosit darahnya akan diisolasi dan dideferensiasi menjadi sel dendritik. Kemudian akan diinkubasi dengan protein S  virus  SARS-CoV-2, dimana proteinnya akan didigesti menjadi 9 sampai 25 sekuens peptide asam amino. Seperti diketahui bahwa uji klinik fase kesatu memang bertujuan untuk melihat keamanan kandidat vaksin, dan dilakukan pada tidak terlalu banyak relawan terlebih dahulu.

Website  “WHO COVID-19 candidate vaccine landscape” diperbaharui setiap minggunya. Karena itu kita dapat mengikuti berbagai perkembangan kandidat vaksin di dunia melalui sumber informasi yang jelas ini. 

 

**Penulis: Prof Tjandra Yoga Aditama, Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI/ Guru Besar FKUI/ Mantan Direktur WHO SEARO dan Mantan Dirjen P2P & Ka Balitbangkes

3 dari 3 halaman

Infografis

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.