Sukses

Soal Vaksin Nusantara Terawan, Pakar Minta Masyarakat Tunggu Hasil Uji Klinis Tahap 1

Pembuatan vaksin COVID-19 berbasis sel dendritik seperti Vaksin Nusantara juga dinilai akan sangat sulit secara keilmuwan

Liputan6.com, Jakarta - Vaksin Nusantara ramai diperbincangkan beberapa waktu terakhir. Salah satunya juga karena pengembangan vaksin COVID-19 ini melibatkan Mantan Menteri Kesehatan Republik Indonesia 2019-2020, Terawan Agus Putranto.

Berbeda dengan beberapa vaksin COVID-19 lain, Vaksin Nusantara merupakan vaksin yang dikembangkan berbasis sel dendritik autolog, yang merupakan komponen dari sel darah putih.

Pakar kesehatan yang juga Guru Besar Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Profesor Ari Fahrial Syam, mengatakan, vaksin saat ini bertujuan untuk membentuk antibodi.

Dalam konferensi pers virtual FKUI pada Jumat (19/2/2021), selain dari virus tidak aktif, vaksin juga bisa dikembangkan dari cara lain seperti menggunakan metode rekombinan protein.

"Seolah-olah seperti agen yang disuntikan kepada seseorang kemudian timbul antibodi untuk tumbuh," kata Ari yang juga Dekan FKUI tersebut. "Mengenai sel dendritik, ini memang adalah salah satu alternatif bagaimana kita bisa meng-induced antibodi," ujarnya.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

 

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Masyarakat Diminta Menunggu

Sementara menurut Ahli Penyakit Tropik dan Infeksi FKUI Erni Juwita Nelwan menjelaskan, sel dendritik memang akan teraktivasi pada sebagian besar infeksi virus.

"Tapi kalau kita mau buat sel dendritik sebagai basis untuk menjadikan vaksin, saya rasa secara keilmuwan akan sangat luar biasa sulit," kata Erni dalam kesempatan yang sama. "Dan bisa jadi cukup mahal."

"Jadi hipotesis-hipotesis yang ada, semua orang membuat, karena kita berupaya sebisa mungkin, sesegera mungkin, dan sedekat mungkin, untuk bisa benar-benar menciptakan imun yang optimal," ujarnya.

Menurut Ari, ketika dikaitkan dengan suatu produk vaksin, maka tetap harus mengikuti tahapan-tahapan yang sesuai.

Di sini, masyarakat pun diminta untuk menunggu hasil uji tahap satu Vaksin Nusantara yang masih dikaji oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan.

"Buat masyarakat semua, dengan adanya informasi mengenai Vaksin Nusantara ini, kita tetap harus menunggu tahapan dari uji klinis tersebut," kata Ari.

3 dari 3 halaman

Infografis Orang Tak Divaksin 3 Kali Lebih Berisiko Terpapar Covid-19

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.