Sukses

WHO Keluarkan Izin Guna Darurat untuk Vaksin COVID-19 AstraZeneca/Oxford

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merilis Emergency Use Authorization (EUA) atau izin guna darurat untuk vaksin COVID-19 yang dikembangkan bersama oleh AstraZeneca dan Oxford University.

Liputan6.com, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merilis Emergency Use Authorization (EUA) atau izin guna darurat untuk vaksin yang dikembangkan bersama oleh AstraZeneca dan Oxford University. WHO mengizinkan dua versi vaksin COVID-19 dari AstraZeneca dan Oxford University diluncurkan secara global oleh COVAX.

WHO telah mengkaji data kualitas, keamanan, efikasi, serta rencana manajemen risiko dari dua vaksin COVID-19 yang dikembangkan AstraZeneca/Oxford tersebut selama empat minggu. Selain itu, WHO juga mempelajari program distribusi vaksin-vaksin itu, seperti syarat rantai dingin yang diperlukan.

Vaksin COVID-19 dari AstraZeneca/Oxford ini diproduksi oleh dua perusahaan farmasi dari Korea Selatan dan India, AstraZeneca-SKBio dan Serum Institute of India.

Seperti dilansir laman Business Today, vaksin COVID-19 hasil pengembangan AstraZeneca itu di-review oleh Strategic Advisory Group of Experts on Immunization (SAGE) WHO yang memang berfungsi membuat rekomendasi untuk penggunaan vaksin pada populasi. Rekomendasi SAGE, di antaranya meliputi usia kelompok penerima vaksin, interval penyuntikan, serta saran bagi kelompok tertentu seperti wanita hamil dan menyusui. Untuk vaksin COVID-19 yang dikembangkan AstraZeneca, SAGE merekomendasikan penggunaannya untuk usia 18 tahun ke atas.

Mengutip Antara, jarak pemberian vaksin AstraZeneca yang direkomendasikan SAGE yakni 8-12 minggu. Kabarnya vaksin tersebut juga diyakini bisa digunakan untuk mencegah varian baru COVID-19 yang ditemukan di Afrika Selatan.

 

Simak Juga Video Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Memiliki Syarat Penyimpanan yang Mudah

Vaksin COVID-19 AstraZeneca-Oxford merupakan vaksin vektor virus yang dinamai ChAdOx1-S [rekombinan]. Vaksin-vaksin tersebut diketahui memiliki efikasi 63,9 persen dan dinilai cocok bagi negara-negara miskin dan berkembang karena syarat penyimpanannya yang mudah.

"Negara-negara yang hingga kini belum mempunyai akses terhadap vaksin akhirnya dapat memulai program vaksinasi pada kelompok pekerja dan kelompok masyarakat yang berisiko. Ini sesuai dengan tujuan COVAX Facility yang menginginkan distribusi vaksin secara merata," ujar Assistant-Director General for Access to Medicines and Health Products WHO Dr Mariangela Simao, dikutip Business Today.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Gebreyesus juga mengatakan pihaknya telah memastikan kesiapan vaksin AstraZeneca agar bisa segera didistribusikan.

"Kami telah memastikan semuanya siap untuk vaksin segera didistribusikan. Namun, kami masih harus meningkatkan produksi," ujarnya dalam jumpa pers, Senin, 15 Februari 2021, dilansir Antara dari Reuters.

"Kami akan terus meminta para produsen vaksin COVID-19 mengirim informasi ke WHO bersamaan dengan waktu mereka menyerahkan informasi itu ke negara-negara maju," ujarnya terkait informasi mengenai produksi vaksin.

3 dari 3 halaman

Infografis

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.