Sukses

Burnout Bukan Cuma Dialami Pekerja, Ibu Rumah Tangga Juga Bisa Alami Kelelahan Kronis

Burn out atau kelelahan kronis bisa menimpa siapa saja, termasuk ibu rumah tangga.

Liputan6.com, Jakarta - Banyak yang mengira burnout atau kelelahan kronik hanya dialami oleh mereka yang bekerja. Padahal, burnout bisa terjadi pada siapa saja termasuk ibu rumah tangga seperti disampaikan psikolog klinis Liza Marielly Djaprie.

"Burnout itu bisa terjadi pada siapa saja, termasuk ibu rumah tangga. Mereka yang mengalami tumpukan masalah, enggak selesai-selesai dan enggak merasa punya support system. Dia lelah, maka dia bisa saja mengalami burnout," kata Liza.

Burnout memang bukan gangguan psikologis. Namun, bila dibiarkan dan tidak bisa mengolah dengan baik, maka kondisi psikologis ini bisa memicu seseorang mengalami gangguan psikologis. 

Oleh karena itu penting sekali menyadari diri sedang mengalami burnout. Hal ini bisa melihat dari gejala yang muncul yakni fisik, emosi dan perilaku.

"Kalau gejala fisik ini jadi gampang sakit-sakitan, imunitas menurun, " kata Liza dalam dialog dengan BNPB disiarkan lewat YouTube BNPB ditulis Senin (15/2/2021).

 

Video

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Gejala Fisik Burnt Out

 

Gejala fisik yang sering dikeluhkan saat sedang burnout adalah sakit kepala, sakit perut, dan nyeri tulang. Ada juga yang mengeluhkan leher belakang terasa keras. "Ya, ini terjadi karena otak berpikir keras sehingga bagian sini (leher bagian belakang) menjadi keras."

Saat mulai burnout gejala emosi yang muncul adalah emosi yang meledak-ledak, tidak hanya marah tapi juga tangis yang tiba-tiba. Kemudian, muncul rasa takut tapi tidak tahu karena apa.

"Lalu, gejala perilaku seperti menarik diri, isolasi diri, dan kehilangan hobi, minat, dan bakat yang selama ini disukai," lanjutnya.

Namun, tidak semua orang sadar sedang mengalami gejala tersebut kala burn out. Hal ini karena kondisi psikologis, kata Liza, berbeda dengan fisik. Jika kepentok meja sampai luka bisa muncul lebam tapi kalau burn out itu kasat mata.

Selain kesadaran akan diri sendiri yang kurang, kita juga tinggal dalam budaya yang 'harus kuat'. Seperti jika bercerita sedang lelah kemudian ditanggapi 'kamu harus kuat', 'kok kayak gitu aja enggak bisa', 'ayo kamu bisa, dunia membutuhkanmu', 'jadi ibu emang capek, enggak boleh ngeluh'.

"Nah, hal-hal di atas yang membuat kita sulit mengolah hal-hal kondisi psikologis yang ada di dalam yang kasat mata itu," kata wanita yang juga hipnoterapis ini. 

3 dari 4 halaman

Cara Atasi: Dedikasikan Diri untuk Diri Sendiri

Saat sudah menyadari gejala burnout muncul, usahakan untuk mengolah dengan baik. Cara paling efektif adalah dengan memberi tahu ke orang sekitar lalu minta tolong menggantikan hal yang selama ini dilakukan.

"Jadi, ada yang menggantikan. Lalu, bisa mendedikasikan diri sendiri untuk beristirahat," saran Liza.

Namun, perihal meminta tolong dalam kondisi ini tidak sedikit yang harus pikir panjang ribuan kali. Ada rasa ragu, takut, merasa lepas tanggung jawab. "Padahal, kalau ditunda malah makin bisa numpuk. Maka beranikan diri untuk meminta tolong lalu beristirahat."

Cara beristirahat bisa berbeda tiap orang. Ada yang senang ditemani, ada yang senang sendiri, ada yang senang dielus-elus. Lalu, ada yang suka kegiatan fisik maka caranya dengan beristirahat seperti disampaikan Liza. 

4 dari 4 halaman

Infografis 4 Tips Jaga Kesehatan Mental Saat Pandemi Covid-19.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.