Sukses

Eksplorasi Pencampuran Vaksin Pfizer dan AstraZeneca, Senjata Hadapi Varian Virus Corona

Pencampuran dosis vaksin Pfizer dan AstraZaneca diharapkan bisa mengurangi infeksi Virus Corona varian baru

Liputan6.com, London - Para ilmuan di Inggris mulai mengeksplorasi pencampuran dosis vaksin Pfizer dan AstraZeneca sebagai upaya menemukan cara mengurangi infeksi Virus Corona varian baru. Ini merupakan yang pertama di dunia.

Di antara varian Virus Corona yang saat ini paling mengkhawatirkan para ilmuan dan pakar kesehatan adalah yang berasal dari Inggris, Afrika Selatan, dan Brasil. Varian virus penyebab COVID-19 dari ketiga negara tersebut disebut lebih cepat menyebar daripada jenis yang lain.

Inggris pada Kamis, 3 Februari 2021, melakukan uji coba untuk melihat respons kekebalan yang dihasilkan jika dosis vaksin Corona dari Pfizer dan AstraZeneca digabungkan dalam jadwal dua suntikan. Data awal mengenai hasil uji coba tersebut diharapkan selesai pada Juni 2021.

Uji coba tersebut akan memeriksa respons terhadap dosis awal vaksin Pfizer yang diikuti oleh booster AstraZeneca, begitu pula sebaliknya, dengan interval empat dan 12 minggu.

Uji coba ini akan menjadi yang pertama dari jenisnya yang menggabungkan suntikan mRNA---yang dikembangkan Pfizer dan BioNtech---dan vaksin vektor virus adenovirus dari jenis yang dikembangkan Universitas Oxford dan AstraZeneca.

Suntikan vaksin AstraZeneca secara terpisah diujicobakan dengan dikombinasi vaksin vektor virus lain, yaitu Sputnik V buatan Rusia, seperti dikutip dari situs Channel News Asia pada Jumat, 5 Februari 2021.

 

Simak Video Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pencampuran Dosis Vaksin Corona yang Berbeda

Para peneliti Inggris di balik uji coba tersebut mengatakan bahwa data mengenai memvaksinasi orang dengan dua jenis vaksin Corona yang berbeda dapat membantu memahami apakah suntikan dapat diluncurkan dengan fleksibilitas yang lebih besar, dan bahkan mungkin meningkatkan kekebalan.

Ahli vaksinasi Oxford yang memimpin uji coba, Matthew Snape, mengatakan, pencampuran dosis yang berbeda telah terbukti efektif saat vaksinasi Ebola.

"Pada akhirnya, semuanya bermuara pada target yang sama, sel yang membuat protein lonjakan, hanya menggunakan platform berbeda," katanya kepada wartawan.

"Untuk alasan itu kami mengantisipasi bahwa kami akan menghasilkan respons imun yang baik dengan kombinasi ini," Matthew menambahkan.

Kepala imunisasi Kesehatan Masyarakat Inggris, Mary Ramsay, mengatakan, ada banyak preseden untuk pekerjaan tersebut karena vaksin untuk Hepatitis A dan B dapat dipertukarkan dari dua produsen berbeda, dan pekerjaan serupa telah dilakukan untuk human papillomavirus (HPV).

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.