Sukses

Studi: Tidak Ada Diet Terbaik untuk Semua Orang

Apa diet terbaik untuk semua orang? Jawabannya tidak ada, itu berdasarkan sebuah studi besar internasional.

Liputan6.com, Jakarta - Apa diet terbaik untuk semua orang? Jawabannya tidak ada diet terbaik, itu berdasarkan sebuah studi besar internasional.

Studi tersebut menyebutkan tidak peduli dari mana nenek moyang Anda berasal atau jenis makanan apa yang membuat Anda membesar, kebenaran universal itu ada dua. Yakni, makanan nabati lebih baik untuk Anda, dan makanan olahan lebih buruk untuk Anda.

"Selain itu, tidak ada satu pun diet terbaik untuk semua orang," demikian temuan penulis penelitian dikutip dari The Beet.

Para penulis dan dokter pembimbing termasuk para peneliti berasal dari Kings College, London, hingga Trento, Italia, Malmo Swedia, Madrid Spanyol, dan Mass General, di Boston.

Studi ini menunjukkan bahwa setiap individu dapat hidup dan memiliki pola makan (diet) berbeda di seluruh dunia, tapi bakteri usus kita didorong oleh makanan yang kita makan. Dan bakteri usus itu menentukan bagaimana kita merespons makanan, dan seberapa sehat kita secara keseluruhan.

"Untuk menghindari obesitas, penyakit jantung, diabetes tipe 2, dan penyakit lainnya, cobalah makan yang menumbuhkan mikrobioma usus yang sehat, yang secara universal ditentukan oleh makanan dan pola makan," kata para penulis.

Para penulis tidak menyarankan satu diet "terbaik" untuk semua orang - karena genetika individu kita menciptakan interaksi yang rumit antara tubuh dan makanan yang kita makan.

Ada reaksi universal dasar untuk dua kelompok makanan: makanan nabati membuat sehat bakteri usus, dan makanan olahan menciptakan bakteri usus yang tidak sehat, yang juga terkait langsung dengan penanda dalam darah seperti peradangan, gula darah, dan lemak darah yang meningkatkan risiko obesitas, penyakit jantung, diabetes tipe 2, dan peradangan.

 

Simak Juga Video Berikut

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Penelitian Melibatkan 1.000 Orang

Dalam studi yang ditulis The New York Times, yang diterbitkan dalam jurnal NatureMedicine, lebih dari 1.000 orang diteliti untuk mengetahui efek dari diet yang berbeda pada mikrobioma mereka, dan efeknya pada kesehatan secara keseluruhan, termasuk penyakit jantung, diabetes, dan obesitas.

Tujuan penelitian ini untuk melihat apakah, terlepas dari individualitas dalam kode genetik, makanan dapat mengubah mikrobioma tubuh, yang pada gilirannya dapat mengubah hasil kesehatan. Selama bertahun-tahun, para dokter percaya bahwa miliaran bakteri usus kecil yang kita simpan, memengaruhi kesehatan kita lebih dari genetika kita.

Studi ini tampaknya mengkonfirmasi bahwa: "Mikrobioma usus dibentuk oleh makanan dan mempengaruhi metabolisme tubuh; namun, hubungan ini rumit dan bisa unik untuk setiap individu."

"Kami menemukan banyak hubungan yang signifikan antara mikroba dan nutrisi tertentu, makanan, kelompok makanan, dan indeks diet umum, yang terutama didorong oleh keberadaan dan keragaman makanan sehat dan nabati," tulis para penulis.

Ini berarti bahwa meskipun kita semua berbeda, secara igenetik, bakteri usus kita lebih didorong oleh apa yang kita makan daripada faktor lainnya. Dan miliaran bakteri itu yang menentukan kesehatan kita di masa depan.

Makan lebih banyak makanan nabati bisa menurunkan risiko obesitas dan penyakit jantung, apa pun riwayat keluarga. Makan makanan olahan bisa meningkatkan risiko penyakit, bahkan jika tidak ada orang lain di keluarga dekat pernah menderita penyakit jantung atau kondisi yang berkaitan dengan kelebihan berat badan.

3 dari 3 halaman

Infografis

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.