Sukses

Studi Inggris: Selama Pandemi COVID-19, Nakes di ICU Rentan Depresi hingga PTSD

Studi di Inggris menyoroti risiko masalah kesehatan mental pada para tenaga kesehatan yang bertugas di ICU selama masa pandemi COVID-19

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah studi yang dilakukan di Inggris menemukan bahwa selama masa pandemi COVID-19, hampir setengah dari tenaga kesehatan di Intensive Care Unit (ICU) cenderung memenuhi ambang batas untuk PTSD (post-traumatic stress disorder) atau gangguan stres pascatrauma, kecemasan parah, atau masalah konsumsi alkohol.

Para peneliti di King's College London menunjukkan adanya dampak mencolok dari bekerja di perawatan kritis selama pandemi virus corona. Mereka menemukan bahwa kesehatan mental yang buruk lebih umum terjadi pada nakes di ICU.

"Hasil kami menunjukkan beban gejala kesehatan mental yang yang dilaporkan oleh staf ICU menjelang akhir gelombang pertama pada Juli dan Juli 2020," kata penulis studi utama Profesor Neil Greenberg, dari Institute of Psychiatry, Psychology & Neuroscience, King's College London, seperti dikutip dari EurekAlert pada Rabu (13/1/2021).

Greenberg mengatakan, tingkat keparahan gejala yang diidentifikasi sangat mungkin untuk mengganggu kemampuan beberapa tenaga kesehatan di ICU, dalam memberikan perawatan berkualitas tinggi, sebagai dampak negatif dari kualitas hidup mereka.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Simak Juga Video Menarik Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tantangan Nakes di ICU

Mereka mengungkapkan, tingkat kematian yang tinggi pada pasien COVID-19 di ICU, sulitnya komunikasi untuk memberikan dukungan di akhir hidup pasien, serta pembatasan kunjungan, juga menjadi tantangan dan stresor bagi semua tenaga kesehatan di ICU.

Selain itu, tenaga kesehatan di ICU juga menghadapi tantangan saat mereka harus bekerja di daerah berisiko tinggi COVID-19 dalam waktu yang lama, mengenakan Alat Pelindung Diri, serta harus mengelola kekurangan tenaga dan peralatan setiap hari.

Mereka juga harus berurusan dengan keputusan yang menantang secara etis, serta menghadapi ketakutan akan terkena COVID-19 dan berpotensi menularkannya kepada orang yang mereka cintai.

Dalam studi yang dimuat di jurnal Occupational Medicine tersebut, 709 petugas kesehatan dari 9 ICU di Inggris menjawab sebuah survei dari Juni hingga Juli 2020. Mereka terdiri dari 291 (41 persen) dokter, 344 (49 persen) perawat, dan 74 (10 persen) staf perawatan kesehatan lainnya.

 

3 dari 4 halaman

Melindungi Kesehatan Mental Staf Kesehatan

59 persen dari peserta melaporkan kesejahteraan yang baik. Namun 45 persen di antara mereka memenuhi ambang batas kemungkinan gejala klinis untuk setidaknya satu dari: depresi berat (6 persen), PTSD (40 persen), kecemasan parah (11 persen) atau masalah konsumsi alkohol (7 persen).

Lebih dari satu dari delapan responden (13 persen) melaporkan sering merasa ingin mengakhiri hidupnya atau melukai diri sendiri dalam dua pekan terakhir.

Greenberg pun menegaskan bahwa meski hasil ini tidak mengejutkan, namun temuan tersebut harus menjadi pengingat bagi layanan kesehatan nasional tentang mendesaknya kebutuhan melindungi kesehatan mental pekerja di ICU, serta memastikan mereka mendapatkan perawatan vital bagi mereka yang membutuhkan.

"Jika kita melindungi kesehatan mental petugas kesehatan selama pandemi COVID-19, staf akan lebih baik dalam memberikan perawatan berkualitas tinggi secara berkelanjutan, kepada sejumlah besar pasien yang sangat tidak sehat karena COVID-19," kata Greenberg.

4 dari 4 halaman

Infografis Varian Baru Virus Corona Hantui Inggris

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.