Sukses

Natal di Tengah Pandemi COVID-19: Tunjukkan Kita Rapuh dan Setara

Pandemi COVID-19 juga menunjukkan bahwa kita semua setara dan rapuh, baik secara psikis maupun fisik

Liputan6.com, Jakarta Pandemi COVID-19 yang terjadi hampir satu tahun ini harus menjadi pelajaran bahwa semua orang adalah setara, serta rapuh baik secara fisik dan psikis. Hari Raya Natal pun menjadi waktu yang tepat bagi masyarakat "bergandengan hati" dalam menghadapi virus corona.

"Yang paling penting kita mengambil pelajaran selama setahun ini, untuk melihat di hadapan COVID-19, tiba-tiba kita semua setara, kita rapuh secara fisik, tapi juga secara psikis," kata Pendeta Jacklevyn Frits Manuputty, Sekretaris Umum Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI).

Ia mengatakan, hanya karena kesalahan kecil, seseorang bisa jatuh sakit bahkan meninggal dunia. Selain itu, dampak pandemi pun juga dapat membuat seseorang mengalami frustrasi.

"Karena itu sikap yang paling pertama yang harus diambil adalah penguatan secara spiritual," ujarnya dalam dialog virtual dari Graha BNPB beberapa waktu lalu, ditulis Rabu (23/12/2020).

"Bahwa kita terbatas, dan oleh karena itu kita bergantung sepenuhnya pada kemurahan Allah." 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Simak Juga Video Menarik Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kembali pada Makna Natal

Jacklevyn mengatakan, sikap teologis, spiritual, dan mental, harus diterjemahkan dalam tindakan etis, dalam relasi dengan yang lain.

"Kalau kita ingin menjaga dan memelihara kehidupan bagi diri kita sebagai anugerah, maka tindakan yang sama harus kita lakukan untuk orang lain di sekitar kita," katanya.

Menurutnya, solidaritas kemanusiaan adalah nilai yang harus diterjemahkan secara sungguh-sungguh, dan bisa dimulai dengan menjaga, merawat, dan mempertahankan kehidupan.

Sementara, menurut Romo Vincentius Adi Prasojo, Sekjen Keuskupan Agung Jakarta (KAJ), situasi pandemi membawa transformasi cara hidup, baik pribadi, keluarga, kesehatan, dan kerja serta produktivitas.

"Perayaan Natal menjadi momentum iman bagi kita untuk kembali pada makna dasar Natal, dalam keheningan, kesederhanaan," ujarnya pada kesempatan yang sama.

Selain itu, Jacklevyn mengatakan bahwa jangan sampai pandemi mengendalikan kita dalam spirit ketakutan. "Kita harus memiliki spirit cinta kasih, harapan, dan optimisme, untuk melihat hari-hari yang akan datang, di depan, dengan lebih baik."

3 dari 3 halaman

Infografis 6 Board Game Klasik Bikin Libur Akhir Tahun Jadi Asyik

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.