Sukses

Kasus COVID-19 Melonjak Tiap Libur Panjang, Peneliti Ungkap Sebabnya

Penerapan protokol kesehatan yang kurang di saat terjadi pergerakan penduduk saat libur panjang, dinilai menimbulkan lonjakan kasus COVID-19

Liputan6.com, Jakarta Libur panjang selalu dikhawatirkan menimbulkan lonjakan kasus COVID-19 di Indonesia. Pergerakan penduduk di masa liburan, yang tidak disertai dengan penerapan protokol kesehatan menjadi penyebabnya.

Penelitian tersebut dilakukan oleh Tim Sinergi Mahadata UI dengan Facebook berdasarkan data pergerakan penduduk Facebook GeoInsights, pada 1 April hingga 8 Desember 2020 di Jawa dan Bali.

Iwan Ariawan, epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat UI yang terlibat dalam studi ini, mengatakan bahwa di saat penerapan PSBB, kasus COVID-19 cenderung stabil atau rata.

"Kasus mulai naik di Idulfitri dan di Jawa-Bali saat Idulfitri, pergerakan penduduk juga naik jauh. Sesudah itu tidak kembali waktu PSBB," kata Iwan dalam presentasinya di webinar pada Senin (21/12/2020). 

Pergerakan penduduk kemudian meningkat lagi saat liburan Iduladha. Hal ini menunjukkan peningkatan kasus COVID-19 meski lonjakannya tidak terlalu pesat.

Iwan mengungkapkan, peningkatan kasus COVID-19 benar-benar meningkat pesat saat libur Hari Raya 17 Agustus. Dia mengatakan bahwa terjadi pergerakan penduduk yang meningkat pada saat itu.

"Kita sempat menurun sebenarnya, di bulan September-Oktober. Sayangnya di libur panjang Oktober, kasusnya naik meningkat pesat, bersamaan dengan pergerakan penduduk yang naik," kata Iwan.

Dalam penjelasannya, kasus COVID-19 akan meningkat pesat apabila pergerakan penduduk mendekati kondisi sebelum wabah virus corona.

"Itu berarti memang protokol kesehatannya belum bisa kita terapkan secara baik pada saat libur panjang pada saat pergerakan penduduk," katanya.

Simak Juga Video Menarik Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Harus Belajar untuk Libur Akhir Tahun

Iwan mengungkapkan, pola lonjakan kasus COVID-19 setelah libur panjang hampir sama di semua provinsi Jawa dan Bali. Ia mencontohkan, hingga saat, Banten mencatatkan angka reproduksi efektif 1,05. Sementara, wabah dapat terkendali apabila angka reproduksi efektif di bawah 1.

Jawa Barat pun juga masih mencatatkan angka reproduksi 1,10, sementara angka di DKI Jakarta mencapai 1,06. "Di Jawa Tengah bahkan pergerakan penduduknya sudah seperti sebelum PSBB," kata Iwan. Hal serupa juga dilaporkan dari Jawa Timur.

Iwan juga mencatat bahwa di Bali, sempat ada hari libur Galungan. Hal ini juga membuat terjadinya lonjakan kasus COVID-19.

"Yang bisa kita pelajari, kita sudah empat kali, setiap ada libur panjang, kasus COVID-19 naik. Dari sini mestinya kita bisa belajar untuk menghadapi libur Desember-Januari," pungkasnya.

Untuk itu, Tim Sinergi Mahadata UI merekomendasikan agar cuti bersama dikurangi demi mengurangi pergerakan penduduk antar kota/provinsi, demi mencegah penyebaran COVID-19. Selain itu, tes, pelacakan, dan isolasi kasus pun harus ditingkatkan.

Pemerintah pun dinilai perlu membuat dan mengevaluasi kebijakan yang membatasi mobilitas masyarakat untuk mengurangi laju peningkatan kasus.

Untuk libur akhir tahun, tim mengatakan bahwa perlu adanya perhatian khusus. Hal ini mengingat kapasitas rumah sakit yang mencakup tempat tidur, alat kesehatan, obat-obatan, serta tenaga kesehatan, juga terbatas.

3 dari 3 halaman

Infografis Dilema Libur Panjang Akhir Tahun 2020

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.