Sukses

Dokter Paru Ungkap Cara Prediksi Pasien COVID-19 yang Lebih Dulu Meninggal

Namun kini para dokter memiliki cara yang lebih spesifik untuk menentukan siapa yang kemungkinan akan meninggal lebih dulu selama dirawat di rumah sakit.

Liputan6.com, Jakarta Cara virus corona (COVID-19) mempengaruhi tubuh sangat bervariasi dari orang ke orang. Meskipun kita tahu bahwa faktor risiko seperti pria, orang yang lebih tua, perokok, dan memiliki golongan darah A serta memiliki penyakit penyerta bisa memicu pasien COVID-19 sakit parah. Kini para dokter memiliki cara yang lebih spesifik untuk menentukan siapa yang kemungkinan akan meninggal lebih dulu selama dirawat di rumah sakit.

Salah satu dokter spesialis pengobatan paru dan perawatan kritis, dr. Mike Hansen mengutip penelitian terbaru yang menentukan serangkaian kriteria untuk badai sitokin pada pasien COVID-19, yaitu berdasarkan kinerja darah pasien, yang menunjukkan kemungkinan seseorang akan mengembangkan badai sitokin (reaksi berlebihan yang serius dari sistem kekebalan tubuh); peradangan yang dapat terlihat di dada; tingkat feritin lebih dari 250 ng/ml; tingkat CRP (C-reactive protein) lebih dari 4,6 mg/dl; tingkat albumin kurang dari 2,87 g/dl; limfosit kurang dari 10,2 persen; atau jumlah neutrofil absolut lebih dari 11.

"Pasien yang memenuhi semua kriteria tersebut cenderung memiliki rata-rata rawat inap di rumah sakit selama 15 hari, dibandingkan dengan rata-rata 6 hari pada pasien yang tidak memiliki kriteria yang sama. Pasien dengan kriteria badai sitokin ini juga 4 kali lebih mungkin meninggal," katanya, seperti dikutip Menshealth.

Menurut dr. Hansen, kriteria tersebut juga menunjukkan kapan kemungkinan badai sitokin berkembang.

Jadi berdasarkan parameter lab spesifik ini, dokter dapat memprediksi pasien mana yang kemungkinan besar akan meninggal karena COVID-19.

"Saya juga menemukan bahwa ini penelitian berkorelasi dengan apa yang saya lihat dalam pengalaman saya sendiri dengan pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit," kata dr. Hansen, dilansir dari MH.

Simak Video Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Apa itu badai sitokin?

Istilah lain dari badai sitokin adalah Sindrom Sitokin Rilis (CRS). Istilah ini pertama kali digunakan pada awal tahun 90-an, yang digunakan sebagai penelitian untuk mengungkapkan kenapa terjadi penolakan dari transplantasi organ.

Ketika terjadi badai sitokin, sistem kekebalan tubuh berujuh pada kerusakan dan mengganggu fungsi sel normal. Kondisi ini menciptakan tingkat peradangan tinggi di area tubuh yang sedang mengalami peradangan, sehingga bisa berakibat fatal.

3 dari 3 halaman

Infografis 4 Tips Jaga Kesehatan Mental Saat Pandemi Covid-19

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.