Sukses

Perspektif Ahli Soal Percepat Masa Isolasi Pasien Corona COVID-19 yang Tidak Lagi 14 Hari

Analisis baru menggarisbawahi seberapa cepat Virus Corona berkembang di dalam tubuh pasien COVID-19.

Liputan6.com, Jakarta - Para ahli kesehatan berpendapat bahwa Virus Corona penyebab COVID-19 paling menular pada orang selama sekitar dua hari sebelum gejalanya muncul dan selama lima hari setelahnya.

Sementara penelitian lain berpendapat bahwa beberapa pasien COVID-19 yang sakit parah atau memiliki gangguan sistem kekebalan dapat melepaskan virus SARS-CoV-2 atau Virus Corona baru selama 20 hari. Pada analisis baru, dalam kasus ringan, beberapa pasien mungkin menularkan virus hidup selama sekitar satu minggu.

Perbedaan pendapat ini tentu membuat bingung pengumpulan data. Haruskah pejabat kesehatan masyarakat memersingkat waktu isolasi pasien COVID-19 yang disarankan atau harus memilih periode yang lebih lama untuk mencegah penularan Corona di hampir semua kasus, bahkan jika hal itu berdampak lebih berat pada perekonomian?

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) merekomendasikan agar orang yang terinfeksi Corona COVID-19 mengisolasi diri minimal 10 hari sejak awal merasa sakit.

Menurut dua pejabat federal yang mengikuti sesi diskusi, mengatakan, mereka (CDC) sedang memertimbangkan untuk memerpendek periode isolasi pasien COVID-19 yang direkomendasikan dan mungkin mengeluarkan pedoman baru paling cepat minggu depan.

Di lain tempat, Prancis menghentikan masa isolasi pasien COVID-19 yang diwajibkan menjadi tujuh hari dari 14 hari, dan Jerman sedang memertimbangkan untuk memersingkatnya menjadi lima hari sejak September.

Perlu diketahui bahwa isolasi mengacu pada orang yang sakit. Sedangkan karantina mengacu pada orang yang telah terpapar Virus Corona COVID-19 dan mungkin menjadi sakit.

"Menetapkan periode isolasi pada lima hari kemungkinan akan jauh lebih cocok dan dapat mendorong lebih banyak orang yang terinfeksi Corona COVID-19 untuk mematuhinya," kata pakar penyakit menular di University of St Andrews di Skotlandia, Dr Muge Cevik, yang memimpin analisis baru, yang diterbitkan di jurnal The Lancet Microbe.

 

 

Simak Video Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

Analisis Virus Corona COVID-19

Sebuah survei baru-baru ini di Inggris menunjukkan bahwa hanya satu dari lima orang yang dapat mengisolasi diri selama 10 hari setelah mengalami gejala Corona COVID-19.

“Bahkan jika kami melakukan lebih banyak pengujian, jika kami tidak dapat memastikan orang-orang mengisolasi diri, saya rasa kami tidak akan dapat mengendalikan penyebarannya,” kata Dr Cevik.

Di Amerika Serikat, banyak orang tidak dites sampai satu atau dua hari setelah mereka mulai merasa sakit. Dengan penundaan saat ini, ada banyak yang menerima hasil dua atau tiga hari kemudian, serta menjelang akhir periode penularan.

“Bahkan jika Anda mendapatkan tes PCR tepat pada hari pertama (sakit), namun sampai waktu Anda mendapatkan hasilnya, 90 persen masa transmisi telah selesai. Meta-analisis ini menunjukkan seberapa pendek jendela transmisi Anda,” kata ahli virus di Harvard T.H. Chan School of Public Health, Dr. Michael Mina.

Dr. Cevik dan rekan-rekannya mulai menganalisis apa yang disebut kinetika Virus Corona selama infeksi, dan membandingkan patogen dengan virus SARS dan MERS yang terkait erat.

Para peneliti mempertimbangkan hampir 1.500 penelitian yang diterbitkan dari 2003 hingga Juni 2020 tentang waktu infeksi pada ribuan orang, yang sebagian besar cukup sakit untuk dirawat di rumah sakit. Tim mengambil data dari 79 studi tentang Virus Corona baru, 11 studi tentang MERS, dan delapan studi tentang SARS.

"Orang yang tidak pernah mengalami gejala tampaknya membawa jumlah Virus Corona baru yang sama dengan pasien bergejala. Tetapi orang tanpa gejala tampaknya membersihkan virus lebih cepat dari tubuh mereka," kata Dr. Cevik dan rekan-rekannya..

 

3 dari 6 halaman

Hasil Analisis Terhadap Pasien COVID-19

Hasil analisis menyimpulkan orang dengan COVID-19 biasanya paling menular satu atau dua hari sebelum timbulnya gejala sampai sekitar lima hari setelahnya. Namun, pasien mungkin membawa fragmen genetik dari virus di hidung dan tenggorokan mereka selama rata-rata 17 hari, dan dalam beberapa kasus, hingga tiga bulan.

"Beberapa pasien mungkin membawa virus menular di paru-paru mereka, bukan di hidung dan tenggorokan, selama delapan hari setelah gejala dimulai. Untuk pasien ini setidaknya, periode isolasi mungkin lebih lama dari lima hari, jika saja mereka dapat diidentifikasi," kata seorang dokter darurat di Brown University Dr. Megan Ranney.

“Masalahnya adalah siapa yang memiliki pneumonia versus siapa yang tidak terlihat gejalanya sehingga mereka tidak tahu dengan sendirinya kalau mereka adalah carier (pembawa virus),” katanya.

"Orang yang lebih tua cenderung menularkan penyakit lebih lama daripada orang yang lebih muda, tetapi tidak ada penelitian dalam analisis yang mendeteksi virus hidup setelah sembilan hari timbulnya gejala. Hasilnya menunjukkan bahwa tes positif hanya menemukan fragmen genetik, daripada virus hidup secara keseluruhan," kata Dr. Cevik.

Tetapi menurut para ahli, bahkan pada 10 hari masa isolasi mungkin terlalu lama bagi banyak orang. Pasien mungkin tidak mampu secara finansial untuk menjalani isolasi begitu lama, atau mereka mungkin tidak merasa cukup sakit untuk tetap bisa beraktivitas.

“Jika Anda dapat mempersingkatnya untuk orang-orang, saya pikir itu akan sangat membantu orang mematuhi pedoman kesehatan masyarakat,” kata Angela Rasmussen, ahli virologi yang berafiliasi dengan Center for Global Health Science and Security di Georgetown University, merujuk pada lama isolasi yang disarankan.

Tetapi analisis baru dibatasi oleh fakta bahwa hanya sedikit dari studi yang disertakan melihat virus hidup, tambahnya.

"Beberapa orang yang lebih tua atau sangat sakit mungkin menularkan penyakit lebih dari seminggu. Tetapi jika periode yang disarankan lebih pendek mendorong lebih banyak orang untuk mengisolasi, manfaatnya akan lebih dari mengimbangi risiko apa pun bagi komunitas dari sejumlah kecil virus yang mungkin masih dibawa beberapa pasien setelah lima hari," kata Dr. Stefan Baral, seorang ahli epidemiologi di Johns Hopkins University.

 

4 dari 6 halaman

Tidak Yakin dengan Hasil Analisis Pasien COVID-19

Tetapi beberapa dokter mengatakan bahwa mereka tidak yakin dengan analisis bahwa lima hari isolasi akan mencegah penularan pada sebagian besar orang.

Dr. Cevik dan ahli lainnya menyarankan bahwa orang dapat mengisolasi segera setelah mereka mengalami gejala ringan, seperti sakit tenggorokan atau sakit kepala dan tubuh, tanpa keluar untuk uji P.C.R. tepat saat mereka paling menular.

Tetapi Dr. Bell mengatakan dia tidak yakin bagaimana ini akan bekerja dalam praktiknya, karena gejala awal ini mirip dengan gejala infeksi virus lainnya, termasuk flu biasa.

Cevik mengatakan tes PCR dapat dilakukan setelah isolasi berakhir untuk memastikan diagnosis. Sebagai alternatif, mungkin masuk akal untuk melakukan tes antigen cepat, yang dapat mendeteksi sejumlah besar virus, sambil mengisolasi, untuk memastikan adanya infeksi virus corona yang aktif.

Pakar lain juga mendukung penggunaan tes cepat di rumah. “Saya pikir itu solusi yang bagus. Jika Anda memiliki gejala, dan Anda memiliki tes yang dapat diandalkan yang dapat Anda lakukan di rumah, tinggal di rumah, tes di rumah dan isolasi selama lima hari,” kata Dr. Ranney.

Secara keseluruhan, analisis baru menggarisbawahi seberapa cepat virus corona berkembang di dalam tubuh dan kecepatan yang harus ditanggapi oleh pasien dan dokter untuk menjaganya tetap terkendali, kata Dr. Baral. Tingkat puncak virus MERS pada tujuh hingga 10 hari sejak timbulnya gejala, dan puncak virus SARS pada hari ke-10 hingga 14.

Sebaliknya, virus corona baru bergerak cepat." Ini virus yang sangat sulit dikendalikan, dibandingkan dengan SARS," kata Dr. Baral.

 

5 dari 6 halaman

Isolasi Pasien Corona COVID-19 di Rumah

Isolasi rumah aman bagi sebagian besar dari mereka yang baru terinfeksi Virus Corona, tambahnya. Pada dasarnya merupakan model perawatan yang digunakan dokter untuk pasien yang diduga menderita influenza.

Beberapa negara telah mengadopsi kebijakan yang memudahkan orang untuk mengisolasi. Vietnam memberikan dukungan pendapatan bagi orang-orang yang perlu mengambil cuti kerja. Hingga Mei, pemerintah Jepang meminta pasien yang masih muda dan memiliki gejala ringan untuk tinggal di rumah selama empat hari sebelum menjalani tes.

Pedoman Jepang sekarang meminta pasien untuk berkonsultasi melalui telepon dengan dokter mereka dan melakukan pengujian hanya jika mereka tampaknya mungkin terinfeksi. Siapa pun yang dites positif dirawat di rumah sakit atau hotel untuk diisolasi. Di Amerika Serikat, New York City dan Vermont telah menyediakan akomodasi serupa bagi pasien yang terinfeksi.

"Bahkan jika negara lain tidak menerapkan kebijakan tersebut, setidaknya mereka meminta pasien mengisolasi di rumah, sambil mengenakan masker, menjaga jendela tetap terbuka, membersihkan permukaan yang sering disentuh dan tinggal jauh dari anggota rumah lainnya, lebih mungkin dilakukan selama lima hari daripada 10 hari," kata Dr. Baral.

“Saya pikir ada elemen penurunan hasil dalam empat atau lima hari terakhir itu. Jumlah isolasi yang intens selama lima hingga tujuh hari pertama akan mencegah risiko infeksi," katanya.

6 dari 6 halaman

Infografis Isolasi Mandiri Pasien Corona COVID-19 di Rumah

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.