Sukses

Alergi Dingin, Pria Ini Hampir Tewas di Kamar Mandi

Seorang pria Colorado mengembangkan reaksi alergi yang hampir membunuhnya setelah ia keluar dari pancuran air hangat ke kamar mandi yang dingin.

Liputan6.com, Jakarta Seorang pria Colorado mengembangkan reaksi alergi yang hampir membunuhnya setelah ia keluar dari pancuran air hangat ke kamar mandi yang dingin.

Menurut laporan kasus yang terbit pada 27 Oktober 2020 di The Journal of Emergency Medicine, pria berusia 34 tahun tersebut ditemukan pingsan tergeletak di lantai kamar mandi. 

Pria tersebut mengalami kesulitan bernapas dan kulitnya dipenuhi ruam. Rupanya, ia mengalami reaksi alergi anafilaksis yang dapat mengancam nyawa penderitanya.

Menurut laporan tersebut, ketika paramedis tiba, keluarga memberi tahu mereka bahwa pria itu memiliki riwayat "alergi terhadap cuaca dingin". Sebelumnya, ia sudah mengalami gatal-gatal sebagai reaksi terhadap dingin, tetapi bukan anafilaksis.

Menurut laporan, reaksi rutinan ini dimulai setelah ia pindah dari Mikronesia yang memiliki iklim tropis ke Colorado yang suhunya lebih dingin.

Paramedis pun merawat pria itu dengan epinefrin dan oksigen, dan membawanya ke ruang gawat darurat. Ketika dia sampai di rumah sakit, dia berkeringat banyak dan memiliki ruam di sekujur tubuhnya.

 

Simak Juga Video Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kondisi pria tersebut membaik

Dokter mendiagnosisnya dengan urtikaria dingin yang menurut Mayo Clinic merupakan reaksi alergi pada kulit setelah terpapar suhu dingin, termasuk udara atau air dingin. Menurut laporan Live Science sebelumnya, seseorang bisa mengembangkan gejala yang sama bahkan hanya dengan mengonsumsi makanan atau minuman dingin.

Gejala yang paling umum adalah ruam merah dan bentol (gatal-gatal) setelah terpapar dingin. Tetapi dalam kasus yang parah, seseorang bisa mengembangkan anafilaksis yang dapat menyebabkan tekanan darah turun dan saluran udara menyempit, sehingga sulit untuk bernapas.

Reaksi yang lebih parah ini biasanya terjadi saat kulit seluruh tubuh terpapar dingin, seperti saat orang berenang di air dingin. Pada kasus pria tersebut, diakibatkan seluruh tubuhnya terpapar udara dingin setelah keluar dari kamar mandi.

Dokter mengonfirmasi diagnosis pria itu menggunakan tes es batu, menempatkan es batu di kulit selama sekitar 5 menit. Jika pasien mengembangkan ruam atau bentol pada kulit maka ia benar mengalami urtikaria dingin.

Menurut National Institute of Health, sebuah studi di Eropa menemukan prevalensi kondisi ini sekitar 0,05 persen. Namun seberapa umum hal ini terjadi masih belum diketahui. Reaksi anafilaksis lebih jarang terjadi daripada reaksi seperti ruam atau bentol.

Pada kebanyakan kasus, penyebab dari kondisi ini tidak diketahui, tetapi terkadang dapat diturunkan, artinya orang-orang yang menderita karenanya memiliki kecenderungan genetik. Sementara urtikaria dingin pada orang lain bisa dipicu oleh sesuatu yang mempengaruhi sistem kekebalan tubuh, seperti infeksi virus atau kanker tertentu.

Reaksi alergi terjadi karena paparan dingin menyebabkan sistem kekebalan melepaskan bahan kimia yang disebut histamin, yang memicu respons peradangan.

Di rumah sakit, pria tersebut dirawat dengan antihistamin dan steroid, dan kondisinya membaik. Sebelum meninggalkan rumah sakit, dia dinasihati untuk menghindari paparan air dingin atau situasi lain di mana seluruh tubuhnya akan terkena hawa dingin.

Dia juga diresepkan injektor otomatis epinefrin, yang dapat mengobati anafilaksis dalam situasi darurat.

Meski reaksi anafilaksis jarang terjadi, namun menurut Dr. Earlexia M. Norwood dari Henry Ford West Bloomfield Hospital di Michigan, tingkat keparahan dan gejala alergi bervariasi pada setiap orang. Jadi bisa reaksi kulit, seperti ruam, atau tekanan darah rendah.

Dalam kasus yang parah, seseorang bisa mengalami jantung berdebar-debar, kesulitan bernapas, atau syok, menurut National Institutes of Health. Ruam biasanya terjadi beberapa menit setelah terpapar dan berlangsung kira-kira dua jam.

Meskipun kondisi ini sangat relevan selama musim dingin, beberapa orang mungkin mengalami masalah makanan dingin, jelas Dr. Eileen Wang, MD, MPH dan asisten profesor kedokteran di National Jewish Health di Denver.

“Jika Anda menjadi merah, gatal, dan kulit bengkak lima sampai 30 menit setelah terpapar dingin, Anda mungkin menderita urtikaria dingin. Gejala lainnya termasuk tangan bengkak saat memegang minuman dingin, atau bibir atau lidah bengkak saat minum minuman dingin, "katanya, seperti dikutip Men's Health.

Seberapa dingin itu terlalu dingin? Biasanya, gejala akan dipicu saat suhu turun di bawah 3-4  derajat celsius.

Jika Anda salah satu orang yang memiliki alergi dingin, dokter mungkin meresepkan antihistimine, yang mencegah munculnya gejala. Beberapa orang bahkan mungkin membawa epinefrin autoinjector, atau EpiPen, untuk menghindari syok anafilaksis.

Selain itu, hal terbaik adalah memilih beberapa lapis pakaian ringan dan bernapas, sarung tangan, topi, dan sepatu hangat bila berada di tempat dingin.

3 dari 3 halaman

Infografis Dokter Berguguran di Medan Tempur Covid-19

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.