Sukses

Satgas Sebut Mampu Kendalikan Laju Kematian karena COVID-19 di Indonesia

Sudden spike tidak terjadi meski kematian COVID-19 Indonesia masih tinggi

Liputan6.com, Jakarta - Meski kematian COVID-19 di Indonesia masih tinggi, tapi Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito menyebut bahwa tidak ada loncatan kematian mendadak (sudden spike).

Perkembangan situasi kematian COVID-di Indonesia dengan beberapa negara lain di dunia memang tampak peningkatan yang cukup signifikan dalam waktu singkat.

"Sementara itu, Indonesia mampu mengendalikan laju kematiannya, sehingga tidak ada sudden spike atau loncatan (kematian) yang mendadak," kata Wiku saat konferensi pers di Media Center COVID-19, Graha BNPB, Jakarta, Selasa (10/11/2020).

"Ini menunjukkan kehati-hatian dan kewaspadaan yang tinggi, bukan hanya oleh pemerintah tapi juga seluruh masyarakat di Indonesia," Wiku menekankan.

Data grafik Kementerian Kesehatan per 8 November 2020 memerlihatkan bahwa angka kasus meninggal COVID-19 di Indonesia mencapai 3,3 persen. Angka ini masih berada di atas rata-rata kematian dunia yang berada pada 2,47 persen.

"Bahkan angka ini masih cukup tinggi dibandingkan negara-negara lainnya yang berada di Eropa, Amerika Serikat dan negara di kawasan Asia," Wiku melanjutkan.

 

 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Menarik Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Perbandingan Kematian di Indonesia dan Negara Lain

Wiku menyebut, perbandingan rata-rata angka kematian COVID-19 di Indonesia dibanding sejumlah negara di Asia, Eropa, dan Amerika.

"Secara spesifik, untuk di kawasan Asia Tenggara, misalnya angka kasus meninggal akibat COVID-19 kita masih yang tertinggi dibandingkan Singapura (0,04 persen), Malaysia (0,71 persen), Thailand (1,5 persen), Filipina (2 persen), dan Myanmar (2,31 persen), serta negara lain di Asia, seperti Jepang (1,68 persen)," ujarnya.

"Untuk Eropa dan Amerika, seperti Swiss (1,26 persen), Jerman (1,69 persen), Perancis (2,26 persen), Amerika Serikat (2,34 persen), dan Belgia (2,6 persen)."

Terkait tingginya angka kasus meninggal COVID-19, Wiku mengatakan, harus menjadi perhatian kita bersama.

"Kita dapat belajar dari negara-negara yang menekan angka kematiannya," katanya.

3 dari 4 halaman

Tekan Kematian dengan 3T

Untu menekan angka kasus kematian COVID-19 di Indonesia, pemerintah akan terus meningkatkan 3T (testing, tracing, treatment). Upaya meningkatkan 3T merupakan bentuk kolaborasi antara pemerintah pusat, daerah, masyarakat juga pemangku kepentingan lainnya.

"Pemerintah daerah dapat segera melaporkan dan berkoordinasi dengan pemerintah pusat apabila ditemui kendala dalam melakukan 3T ini. Bagi masyarakat, jangan takut untuk segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan apabila mengalami gejala COVID-19," terang Wiku.

"Apabila kolaborasi ini dilakukan dengan baik, maka kasus meninggal akibat COVID-19 Indonesia dapat ditekan dan Indonesia juga mampu menunjukkan perannya dalam menekan angka kasus meninggal secara global."

4 dari 4 halaman

INFOGRAFIS: Perbandingan Tingkat Kematian COVID-19 di ASEAN

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.