Sukses

Dari 141 Dokter yang Gugur Akibat COVID-19, 120 di Antaranya Laki-Laki

Dari 141 dokter yang gugur akibat COVID-19, 120 di antaranya berjenis kelamin laki-laki.

Liputan6.com, Jakarta Dari 141 dokter yang gugur akibat COVID-19, 120 di antaranya (85 persen) berjenis kelamin laki-laki. Data ini hasil survei Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) per 25 Oktober 2020 pukul 12.00 WIB.

Data kematian dokter berdasarkan jenis kelamin yang diterima Health Liputan6.com, Senin (26/10/2020) juga menunjukkan, 21 dokter (15 persen) perempuan meninggal dunia.

Rincian data kematian dokter per 25 Oktober 2020 di tiap provinsi, antara lain:

1. Jawa Timur 35 dokter

2. Sumatera Utara 23 dokter

3. DKI Jakarta 20 dokter

4. Jawa Barat 11 dokter

5. Jawa Tengah 10 dokter

6. Sulawesi Selatan 6 dokter

7. Bali 5 dokter

8. Sumatera Selatan 4 dokter

9. Kalimantan Selatan 4 dokter

10. Aceh 4 dokter

11. Riau 4 dokter

12. Kalimantan Timur 3 dokter

13. Banten 3 dokter

14. Kepulauan Riau 2 dokter

15. DI Yogyakarta 2 dokter

16. Nusa Tenggara Barat 2 dokter

17. Sulawesi Utara 2 dokter

18. Papua Barat 1 dokter

 

 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Menarik Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Petugas Kesehatan yang Tetap Aman

Selain 141 dokter, ada 9 dokter gigi dan 103 perawat yang meninggal akibat COVID-19. Para dokter yang wafat terdiri dari 75 dokter umum (5 guru besar), dan 64 dokter spesialis (5 guru besar), serta 2 residen yang berasal dari 18 IDI Wilayah (provinsi) dan 66 IDI Cabang (Kota/Kabupaten).

Ketua Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia (DPP PPNI) Harif Fadhillah mengatakan, pandemi COVID-19 menempatkan tingkat stres psikologis yang luar biasa pada petugas kesehatan yang terpapar pengaturan permintaan tinggi selama berjam-jam dan hidup dalam ketakutan terus-menerus.

Ada yang terpisah dari keluarga dan menghadapi stigmatisasi sosial. "Hal ini menjadi sorotan bagaimana bangsa kita telah melindungi atau tidak melindungi profesi perawat kita," ujar Harif.

Tim Advokasi dan Hubungan Eksternal Tim Mitigasi PB IDI Eka Mulyana menambahkan, angka kematian tenaga medis dan kesehatan semakin bertambah dan mengkhawatirkan. Pandemi COVID-19 telah mengingatkan kita semua tentang peran penting para petugas medis dan kesehatan untuk meringankan penderitaan dan menyelamatkan nyawa masyarakat.

"Tidak ada negara, rumah sakit atau klinik yang dapat menjaga keamanan pasiennya, kecuali jika petugas kesehatannya tetap aman dan terlindungi dari risiko terpapar COVID-19. Bahkan hilangnya pekerja medis dan kesehatan ahli, tidak dapat tergantikan dalam waktu singkat," tambahnya.

3 dari 3 halaman

Infografis Hindari Penularan Covid-19, Ayo Jaga Jarak!

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.