Sukses

Jubir WHO Soal Lockdown Bukan Cara Utama Tangani COVID-19: Tak Ada Perubahan Saran

WHO mengatakan bahwa mereka tak pernah mengubah saran terkait lockdown dalam mencegah penyebaran COVID-19

Liputan6.com, Jakarta Juru Bicara World Health Organization (WHO) Margaret Harris meluruskan pernyataan terkait tak disarankannya lockdown atau karantina wilayah sebagai strategi utama menangani COVID-19.

Banyak pemberitaan sebelumnya menyebutkan bahwa pernyataan yang disampaikan oleh David Nabarro dari WHO itu tak sejalan dengan apa yang mereka sampaikan beberapa waktu lalu terkait pembatasan kegiatan.

Kepada siaran Channel Nine's Today, Harris mengatakan bahwa banyak "reportase yang keliru" oleh media-media di dunia terkait hal ini.

"Ini bukan backflip, ini bukan perubahan saran," kata Harris. "Apa yang terjadi adalah kesalahan reportase, di akhir pekan," ujarnya seperti dilansir dari News.com.au pada Senin (12/10/2020).

Ia menjelaskan bahwa lockdown pada dasarnya adalah karantina massal ketika pemerintah mencapai tahap di mana mereka memiliki transmisi besar yang terjadi dan tak jelas persis di mana rantai penularannya.

"Namun sejak awal, kami telah mengatakan bahwa apa yang benar-benar kami ingin lihat adalah pelacakan yang kuat, penelusuran, cuci tangan di dalam masyarakat, penggunaan masker, sehingga Anda tidak perlu masuk ke lockdown."

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Jangan Andalkan Lockdown

Pada kesempatan tersebut, ia menambahkan bahwa yang sebenarnya perlu dilakukan adalah "jangan hanya mengandalkan penutupan perbatasan atau karantina massal."

"Lakukan semua yang Anda bisa karena saat kami melihat kegagalan atau peningkatan kasus, orang-orang hanya berfokus pada satu hal dan di sinilah lockdown bisa menjadi masalah."

"Banyak negara harus melakukan lockdown, tetapi kami mengatakan, lakukan semua hal lain untuk menghindari itu karena dampak ekonomi dan sosial sangat tinggi," ia menambahkan seperti dikutip dari ABC News.

Dalam wawancaranya dengan Sydney Morning Herald dan The Age pada April lalu, Harris juga mengatakan bahwa WHO lebih menganjurkan pelacakan kontak.

"Kami tidak pernah meminta lockdown, kami mengatakan melacak, melacak, isolasi, rawat."

 

 

3 dari 4 halaman

Konsekuensi Lockdown

Sebelumnya, kepada Spectator TV, Nabarro mengatakan bahwa satu-satunya dampak dari lockdown adalah kemiskinan. Ia mencontohkan dampak lockdown pada pariwisata di beberapa wilayah dunia seperti di Kepulauan Karibia dan Pasifik. Demikian pula dengan kondisi para petani yang sulit menjual hasil panennya.

"Lockdown hanya memiliki satu konsekuensi yang tidak boleh Anda remehkan, dan itu membuat orang miskin menjadi semakin miskin," ujarnya.

Sehingga, ia mengatakan WHO tidak menganjurkan untuk melakukan lockdown sebagai cara utama pengendalian COVID-19.

"Satu-satunya yang kami yakini bahwa lockdown dapat dibenarkan untuk memberi Anda waktu untuk mengatur ulang, menyusun kembali, menyeimbangkan kembali sumber daya Anda, melindungi petugas kesehatan yang kelelahan," katanya.

4 dari 4 halaman

Infografis Mini Lockdown ala Jokowi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.