Sukses

Mitos-Mitos Obati Luka, Harus Terasa Perih dan Diangin-Anginin Biar Cepat Kering

Dokter ahli luka dari Pantai Indah Kapuk Hospital dr. Adisaputra Ramadhinara, CWSP, FACCWS menerangkan 2 mitos tentang luka.

Liputan6.com, Jakarta Dokter ahli luka dari Pantai Indah Kapuk Hospital dr. Adisaputra Ramadhinara, CWSP, FACCWS menerangkan 2 mitos tentang luka.

Menurutnya, anggapan masyarakat terhadap perawatan luka sangat beragam. Mulai dari pertolongan pertama pada luka hingga cara merawatnya hingga sembuh.

Mitos yang sering terdengar di masyarakat terkait luka salah satunya adalah rasa perih dari obat yang dianggap sebagai reaksi baik dan wajar atau menandakan obat tersebut mujarab. Padahal, pengobatan luka tidak selamanya harus perih.

“Kandungan dari obat yang cenderung iritatif membuat luka yang tadinya sudah perih menjadi tambah perih lagi, pengobatan seperti ini sering kali harus dialami si kecil dan membuatnya trauma,” ujar Adi dalam webinar Hansaplast, Senin (12/10/2020).

“Sebetulnya kebiasaan untuk menggunakan obat yang perih, anggapan bahwa perih itu obatnya bagus itu kan berdasarkan pengalaman terulang. Sebetulnya menurut standar medis yang sedang kita kerjakan, tidak perlu efek perih untuk menunjukkan obat sedang bekerja. Jadi itu sebuah mitos yang sebetulnya gak harus dialami lagi oleh siapapun saat mengalami luka,” tambahnya.

Simak Video Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pentingnya Kelembaban Luka

Mitos lainnya tentang luka adalah semakin luka terbuka maka luka semakin kering dan cepat sembuh. Padahal, perawatan luka yang baik adalah menutup luka untuk menjaga kelembabannya.

“Kelembapan itu penting karena sudah ada penelitian dari tahun 1962 bahwa luka yang lembab karena ditutup itu akan sembuh lebih cepat daripada kalau lukanya dibiarkan terbuka dan kering.”

“Banyak orang yang beranggapan luka tuh diangin-anginin, dibuka biar kering, padahal luka yang tidak ditutup dan dibiarkan kering itu berpotensi terhambat penyembuhannya dan kalau lukanya dibuka otomatis bakteri bebas masuk ke jaringan luka,” tambahnya.

Penutupan luka dengan plester dilakukan dengan tujuan menghadang bakteri dan menjaga luka tetap lembab. Penggantian plester juga penting dilakukan untuk memastikan fungsinya tetap optimal.

Penggantian plester bisa dilakukan tergantung pada keadaan plesternya. Jika seseorang melakukan kegiatan yang membuat plesternya basah atau kotor maka penggantian plester baru bisa dilakukan lebih sering dari biasanya.

“Tapi idealnya kalau aktivitas normal dan tidak terlalu ekstrim, penggantian plester dua kali sehari saja cukup. Sehabis mandi karena ada risiko air masuk ke plester, kita buka plesternya, bersihkan luka, dan lihat jaringan lukanya. Kalau kering lembabkan dengan salep luka kemudian kita tutup kembali dengan plester sesuai ukuran lukanya.”

3 dari 3 halaman

Infografis COVID-19

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.