Sukses

Cegah COVID-19 Berujung Maut, Perssi Jabar Imbau Rumah Sakit Pantau Kesehatan Tenaga Medis

Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Perssi) Daerah Jawa Barat mengimbau kepada seluruh pengelola rumah sakit untuk memantau kondisi kesehatan seluruh tenaga medis.

Liputan6.com, Bandung - Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Perssi) Daerah Jawa Barat mengimbau kepada seluruh pengelola rumah sakit untuk memantau kondisi kesehatan seluruh tenaga medis. Itu dilakukan untuk menghindari paparan COVID-19 yang berujung kematian.

Menurut Wakil Ketua III Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Perssi) Daerah Jawa Barat Muhammad Iqbal, setiap tim pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) di setiap rumah sakit mengoptimalkan tugasnya untuk memberi rekomendasi kepada setiap pimpinan rumah sakit.

Iqbal mengatakan tim PPI ini memberikan laporan ke pimpinan rumah sakit, untuk mencegah penyebaran dan penularan infeksi antar pasien, pasien ke petugas medis atau petugas ke pasien.

“Dari Perssi sebetulnya melakukan tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan untuk melakukan peningkatan kemampuan tim PPI di setiap rumah sakit, untuk bisa melakukan surveilans atau pemantauan yang lebih ketat. Dan juga standar-standar pencegahan infeksi, baik itu dari sisi fasilitas berupa ruangan isolasi maupun alat pelindung diri (APD). Dan juga terkait dengan alur pasien itu juga sudah dilakukan,” ujar Iqbal saat dihubungi melalui telepon, Sabtu, 12 September 2020.

Iqbal mengaku untuk alur pasien, setiap tim PPI akan merekomendasikan jalur pasien yang terpapar COVID-19 disesuaikan dengan kondisi rumah sakit. Alasannya kata Iqbal, setiap bangunan rumah sakit memiliki karakter masing-masing.

 

Saksikan juga video menarik berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Berusaha Penuhi APD

Iqbal menuturkan sedangkan pengadaan untuk APD, Perssi Daerah Jawa Barat berusaha maksimal untuk memenuhinya. Kurangnya fasilitas APD ini kerap dituding sebagai penyebab tenaga medis terpapar COVID-19.

“Jadi memang pada saat awal-awal cukup banyak tersedia, karena kita banyak mendapat bantuan dari masyarakat secara langsung maupun dari pemerintah pusat dan daerah. Dan kita berusaha untuk menjaga ketersediaannya dengan cara seefektif dan seefisein mungkin, karena dari sisi biaya memang cukup besar untuk APD ini,” ucap Iqbal.

Namun yang terpenting diakui Iqbal adalah peningkatan kedisiplinan petugas medis saat bertugas dalam menggunakan APD. Tentunya penggunaan APD disesuaikan dengan berbagai zona yang telah ditetapkan oleh rumah sakit.

Iqbal menjelaskan peningkatan ini berupa penggunaan APD di saat berinteraksi dengan sesama petugas medis, selain dalam pemeriksaan awal seluruh pasien yang datang berobat. 

“Jadi sebetulnya kedisiplinan itu perlu ditegakkan tidak hanya untuk pasien tapi juga antarpetugas. Karena banyak juga kasus yang tanpa gejala bisa terjadi. Kita harus memberikan pemahaman bahwa penyakit ini tidak hanya menular dari pasien saja,” ungkap Iqbal. 

Berdasarkan data terakhir dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI), sebanyak 115 dokter meninggal dunia akibat paparan COVID19. Rinciannya adalah tujuh dokter berstatus guru besar, 57 dokter umum dan 51 dokter spesialis yang tersebar di seluruh Indonesia. (Arie Nugraha)

3 dari 3 halaman

Infografis Protokol Kesehatan

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.