Sukses

Pandemi COVID-19 Bikin Cemas? Ini Cara Awal Mengatasinya untuk Anak dan Dewasa

Stres atau khawatir adalah reaksi alami yang kita semua rasakan, namun pada tahap tertentu kecemasan bisa mengganggu.

Liputan6.com, Jakarta Suka atau tidak suka,  COVID-19 telah meningkatkan kecemasan. Meskipun stres atau khawatir adalah reaksi alami yang kita semua rasakan, pada tahap tertentu kecemasan bisa mengganggu kejiwaan.

BBC melaporkan, kecemasan terus menerus akan terasa seperti ketakutan yang tidak kunjung hilang, dan jika menjadi terlalu intens, kecemasan bisa mengambil alih hidup dan menghentikan Anda melakukan kegiatan normal sehari-hari.

Kecemasan membuat Anda merasa cemas sepanjang waktu, lelah dan tidak bisa berkonsentrasi. Hal ini dapat menyebabkan masalah tidur dan membuat merasa tertekan. Seringkali terdapat gejala yang juga mempengaruhi tubuh, seperti detak jantung atau nafas yang cepat, gemetar, berkeringat, pusing, diare dan rasa mual.

Kecemasan bisa datang dalam berbagai bentuk dan berkisar dari yang ringan sampai yang parah. Menurut penelitian di Inggris, satu dari 10 orang akan memiliki masalah dengan kecemasan atau fobia di saat-saat tertentu, namun banyak yang tidak mencari pengobatannya.

Kemana harus mencari bantuan?

Royal College of Psychiatrists menyarankan untuk mencoba teknik self-help terlebih dahulu, seperti:

  • berbicara dengan teman atau kerabat
  • bergabung dengan kelompok swadaya atau dukungan online
  • mempelajari teknik relaksasi

Kegiatan seperti yoga, olahraga, membaca dan mendengarkan musik juga dapat membantu. Para ahli mengatakan jika mengurangi alkohol dan merokok juga baik untuk mengurangi kecemasan. Jika kecemasan Anda terus berlanjut, ada banyak buku self-help tentang terapi terbaik, seperti terapi perilaku kognitif (CBT).

Cognitive behavioural therapy (CBT) adalah terapi bicara yang membantu orang mengatasi masalah yang sangat besar dengan memecahnya menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Ini cocok untuk anak-anak dengan kecemasan yang parah juga, dan orang tua dapat diajari cara melakukannya.

"Sangat penting untuk tidak menderita dalam diam," kata Nicky Lidbetter, dari Anxiety UK. Dia merekomendasikan untuk membuat janji dengan dokter umum dan menjelaskan gejala Anda, tetapi dia mengatakan "Satu jalan keluar belum tentu cocok untuk diaplikasikan ke semua orang."

 

Simak Video Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Apakah anak-anak dan remaja juga terpengaruh?

"Beberapa berjuang karenanya, sedangkan beberapa berkembang karena kurangnya tekanan dari sekolah," kata Prof Cathy Creswell, profesor psikologi klinis perkembangan di Universitas Oxford.

Survei terhadap anak-anak dan orang tua selama bulan pertama lockdown di Inggris menemukan peningkatan perasaan tidak bahagia, kecemasan, dan suasana hati yang rendah di antara anak-anak sekolah dasar yang berpartisipasi dengan penelitian. Namun para orang tua yang anaknya sudah remaja melaporkan lebih sedikit masalah emosional, dan para remaja itu sendiri mengaku tidak memiliki perubahan emosional maupun perilaku.

Adapun jika anak Anda yang masih kecil maupun sudah remaja memiliki masalah kecemasan, National Health Service (NHS) memberi 5 tips berikut ini.

1. Siap sedia di sisinya untuk mendengarkan: Tanyakan kabar mereka secara teratur, sehingga mereka terbiasa berbicara tentang perasaan mereka.

2. Terlibat dalam hidup mereka: Tunjukkan minat padanya dan hal-hal yang penting bagi mereka.

3. Dukung rutinitas positif: Jadilah teladan positif dan dukung rutinitas sebelum tidur, makan sehat, dan aktif.

4. Dorong minat mereka. Menjadi aktif, kreatif, mempelajari banyak hal dan bergabung dengan tim ekstrakulikuler, yang semuanya baik untuk kesehatan mental mereka.

5. Tanggapi apa yang mereka katakan dengan serius: Bantu mereka agar mereka merasa dihargai di setiap apa yang mereka ucapkan, dan bantu mereka mengatasi emosi yang sulit.

Apa pemicunya?

Bisa apa saja, termasuk keuangan dan kesehatan hingga perubahan di tempat kerja, sekolah atau hubungan dapat menyebabkan kecemasan yang mendalam. Ditambah selam pandemi muncul banyak potensi kecemasan seperti ketakutan akan virus, keluar rumah, menulari orang lain, memakai masker dan kembali ke kehidupan normal, serta masa depan. Sampai-sampai dibuat istilah diagnosis coronanxiety dari badan amal Anxiety Inggris.

Psikiater memperingatkan bahwa lockdown dan jarak sosial memengaruhi rutinitas orang dan membuat mereka tidak bisa bertemu teman dan keluarga. Hal tersebut dapat membuat kecemasan yang mereka rasakan semakin parah. Ada juga kekhawatiran orang yang tidak mencari bantuan karena ketakutan akan virus, sehingga bisa memperparah kecemasan.

"Jika Anda merasa tidak sehat, Anda masih bisa mendapatkan perawatan selama pandemi," kata Dr Billy Boland, dari Royal College of Psychiatrists. Sebaiknya Anda tidak menyepelekan kecemasan dan segera mengkonsultasikannya dengan dokter.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.