Sukses

Studi Ungkap Kerusakan Paru dan Jantung Pasien COVID-19 Bisa Pulih

Para peneliti di Austria menemukan, masalah paru dan jantung yang dialami oleh pasien COVID-19 akan membaik seiring berjalannya waktu.

Liputan6.com, Jakarta Beberapa peneliti sempat mengkhawatirkan dampak jangka panjang dari COVID-19 terhadap kesehatan. Namun, ada kabar baik di tengah pandemi yang tidak kita ketahui kapan selesai ini yakni adanya harapan jantung dan paru pulih usai terinfeksi virus SARS-CoV-2.

Dalam sebuah studi yang dipresentasikan di European Respiratory Society International Congress, para peneliti di Austria menemukan bahwa meski pasien COVID-19 bisa mengalami masalah pada paru dan jantung untuk jangka panjang, kondisi ini akan membaik seiring berjalannya waktu.

Para peneliti ini melakukan studi terhadap para pasien COVID-19 di University Clinic of Internal Medicine di Innsbruck, St Vinzenz Hospital di Zams serta Cardio-Pulmonary Rehabilitation Centre di Münster, Austria.

Dilansir dari EurekAlert pada Selasa (8/9/2020), dalam presentasinya pada Senin waktu setempat, laporan pertama mereka ini dilakukan pada 86 peserta pada 29 April hingga 9 Juni.

Mereka diminta untuk kembali melakukan evaluasi selama 6, 12, dan 24 pekan setelah diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Selama pemeriksaan, mereka mendapatkan pemeriksaan klinis, uji laboratorium, analisis jumlah oksigen dan karbondioksida dalam darah di arteri, uji fungsi paru, scan tomografi, dan ekokardiogram.

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Membaik Seiring Berjalannya Waktu

Dalam kunjungan pertama, lebih dari separuh pasien memiliki setidaknya satu gejala yang persisten terutama sesak napas dan batuk. Hasil pemeriksaan CT Scan masih menunjukkan adanya kerusakan paru-paru pada 88 persen penyintas.

Lalu, dalam evaluasi kedua pada 12 pekan setelah keluar dari rumah sakit, gejala yang dialami telah membaik dan kerusakan paru berkurang hingga 56 persen. Pada tahap ini, masih terlalu dini untuk mendapatkan hasil evaluasi dalam 24 pekan.

"Kabar buruknya adalah orang menunjukkan kerusakan paru akibat COVID-19 beberapa pekan setelah keluar," kata salah satu anggota tim peneliti Sabina Sahanic dari University Clinic di Innsbruck.

"Kabar baiknya adalah kerusakan tersebut cenderung membaik seiring waktu yang menunjukkan paru memiliki mekanisme untuk memperbaiki diri sendiri," tambahnya.

 

3 dari 3 halaman

Memungkinkan Pengobatan Lebih Lanjut

Adapun rata-rata usia pasien yang terlibat adalah 61 tahun dan 65 persen di antaranya adalah laki-laki. Hampir setengah dari mereka adalah perokok atau mantan perokok dan 65 persen pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit mengalami kelebihan berat badan atau obesitas.

21 persen dari mereka pernah dirawat di unit perawatan intensif dan 19 persen pernah mendapatkan ventilasi mekanis invasif. Rata-rata lama rawat inap di rumah sakit adalah 13 hari.

"Temuan dari penelitian ini menunjukkan pentingnya penerapan perawatan lanjutan terstruktur untuk pasien dengan infeksi COVID-19 parah. Yang penting CT mengungkap kerusakan paru-paru pada kelompok pasien ini yang tidak teridentifikasi oleh tes fungsi paru-paru."

"Mengetahui bagaimana pasien telah terpengaruh jangka panjang oleh virus corona memungkinkan gejala dan kerusakan paru diobati lebih awal dan mungkin berdampak signifikan pada rekomendasi dan saran medis lanjutan," kata Sahanic.

Sahanic juga mengatakan, indikator biologi untuk kerusakan jantung, pembekuan darah, dan inflamasi semuanya meningkat dengan baik. "Untungnya dalam kelompok Innsbruck, kami tidak melihat disfungsi jantung terkait virus corona yang parah pada fase pasca-akut."

"Disfungsi diastolik yang kami amati juga cenderung membaik seiring waktu," tambahnya dikutip dari Mirror.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.