Sukses

Peneliti Australia Uji Coba Obat Kanker BromAc untuk Cegah Infeksi COVID-19

Peneliti di Sydney tengah melakukan uji coba obat BromAc dalam mencegah infeksiusi COVID-19

Liputan6.com, Sydney - Vaksin COVID-19 menjadi sesuatu yang sangat ditunggu-tunggu. Pendiri Microsoft, Bill Gates meyakini walau sebagian kecil atau 30 hingga 60 persen saja warga AS yang dapat vaksinasi maka akan cukup mengakhiri pandemi di AS.

Berbicara tentang AS, Selama seminggu terakhir, jumlah infeksi baru di AS turun hampir 8%, ini merupakan perbaikan nasional selama empat minggu berturut-turut. Sementara itu, di luar AS, ada lebih banyak kabar baik terkait kemungkinan pengobatan virus Corona.

Contohnya di Australia, profesor dan spesialis kanker David Morris, dari Rumah Sakit St. George di Sydney, yang bersama timnya dilaporkan telah menggunakan kembali obat (disebut BromAc) yang sudah dikembangkan untuk mengobati pasien kanker.

Melansir New York Post, tim percaya perawatan ini mungkin dapat menghentikan perpindahan virus corona ke paru-paru dan mencegah penularan kepada orang lain.

Obat ini mengandung komponen yang melarutkan virus Corona agar tidak menginfeksi sel lain pada tubuh manusia. Percobaan dengan melibatkan pasien yang bersedia berpartisipasi dapat dimulai di rumah sakit Melbourne bulan depan.

Hal yang menarik tentang obat ini, salah satu agen intinya adalah enzim batang nanas. Ini disebut Bromelain dan sudah digunakan untuk tujuan pengobatan termasuk mengobati korban luka bakar.

Simak Video Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Uji Coba Pada Pasien Kanker

Herald Sun dari Australia telah melaporkan bahwa BromAc telah diujicobakan pada 36 pasien kanker, di mana manfaat positif telah diamati. BromAc telah disiapkan dalam bentuk semprotan hidung yang akan digunakan para peneliti untuk menghentikan penyebaran virus ke tenggorokan dan paru-paru pasien.

 Yang sangat diharapkan Morris dan timnya adalah obat ini dapat dikonsumsi saat gejala pertama COVID-19 muncul agar dapat segera dihentikan.

"Kami telah menggunakan obat dalam pengembangan selama lebih dari satu dekade dan bertanya apakah obat itu dapat diadaptasi untuk mengobati orang yang terinfeksi COVID-19," kata Morris dalam sebuah pernyataan awal pekan ini mengutip New York Post Senin (24/8/2020).

“Hasil laboratorium kami menunjukkan obat baru membuat keganasan COVID-19 berkurang dan menghentikannya menginfeksi sel lain. Kami berharap hasilnya akan menunjukkan bahwa pengobatan dapat membatasi COVID-19 ke hidung dan tenggorokan serta mencegah infeksi paru-paru, dan menghentikan pasien yang terinfeksi agar tidak menularkan virus hidup,” pungkasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.