Sukses

Mewujudkan Bogor Menjadi Kota Tanpa Rokok

Bambang Priyono Ketua No Tobacco Community Bogor menyampaikan optimismenya terkait Kota Bogor yang dapat menjadi percontohan kota tanpa rokok.

Liputan6.com, Jakarta Ketua No Tobacco Community Bogor, Bambang Priyono menyampaikan optimismenya terkait Kota Bogor yang dapat menjadi percontohan Kota Tanpa Tokok.

“Di Kota Bogor itu sudah diberlakukan Kawasan Tanpa Rokok dengan adanya Perda kawasan tanpa rokok ditambah dengan komitmen yang kuat dari Walikota Bima Arya,” ujar Bambang dalam konferensi pers BNPB, Rabu (12/8/2020).

Tidak merokok adalah pilihan yang baik dan dapat menguntungkan bagi kesehatan. Bambang mengambil contoh terkait COVID-19 yang sempat menyerang Wali Kota Bogor Bima Arya.

Menurutnya, selama terkena COVID-19, Bima tidak mengalami gejala parah dan dapat sembuh dengan baik. Salah satu faktor yang membuatnya dapat pulih dengan baik tanpa ada gejala parah adalah latar belakang Bima yang bukan perokok.

Alhamdulillah saat itu Pak Bima tidak mendapatkan gejala-gejala yang parah. Beliau mengatakan dalam webminar dia tidak mendapatkan gejala parah karena beliau salah satunya tidak merokok.”

“Makanya dengan komitmennya beliau tidak merokok dan menjadikan daerah Kota Bogor itu menjadi percontohan dalam kawasan tanpa rokok, menjadikan Kota Bogor sangat optimis menjadi kota tanpa rokok.”

Bambang menambahkan, kawasan tanpa rokok di Bogor meliputi ruang-ruang tertutup, taman kota, dan di jalan. “Kalau di taman kota itu sudah ada penjaga taman yang selalu mengingatkan untuk tidak merokok.”

Simak Video Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Merokok Tingkatkan Risiko Penularan COVID-19

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Persatuan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Dr. Agus Dwi Susanto, Sp.P(K), FAPSR, FISR, mengatakan bahwa seorang perokok memiliki risiko 2 sampai 5 kali lebih tinggi terkena COVID-19 dibanding bukan perokok.

“Dapat dilihat dari studi-studi yang ada, seorang perokok itu terjadi infeksi COVID-19 hampir 2 sampai 5 kali lebih tinggi.”

Hal ini dapat terjadi karena pada seorang perokok terdapat reseptor ACE2. Reseptor tersebut adalah tempat duduk virus COVID-19 di saluran napas atau organ lain dalam tubuh apabila terinfeksi oleh COVID-19, tambahnya.

“Jumlah reseptor ACE2 pada perokok itu lebih banyak dibandingkan bukan perokok.”

Selain itu, alasan kenapa perokok lebih berisiko terkena COVID-19 dibanding bukan perokok karena asap rokok sudah terbukti dapat menurunkan sistem imun terutama sistem imun saluran napas.

“Padahal sistem imun ini kita ketahui berperan penting menghambat terjadinya infeksi karena bahan-bahan di dalam asap rokok itu terbukti mengganggu proses migrasi berbagai sel-sel imunitas tubuh ketika melawan infeksi.”

Agus menambahkan, COVID-19 ini sebagian besar menyerang pada orang yang memiliki komorbid atau penyakit penyerta.

“Kita tahu betul bahwa perokok itu meningkatkan penyakit komorbid lebih banyak. Akibatnya, ketika seorang perokok memiliki komorbid akhirnya akan memudahkan terinfeksi COVID-19.”

Alasan lain rokok disebut peningkat risiko infeksi COVID-19 adalah kebiasaan perokok yang memegang rokok secara berulang.

“Kebiasaan perokok yang memegang rokok secara berulang kemudian memegang mulut ini yang menjadikan transmisi. Tangan kita belum tentu bersih untuk memegang rokok dan menghisap, ini meningkatkan risiko menghirup virus yang menempel di tangan.”

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.