Sukses

Angka Kematian COVID-19 Indonesia 0,8 Persen Lebih Tinggi dari Dunia, Dekan FKUI: Salah di Awal

Dekan FKUI ini menyatakan bahwa tingkat kematian COVID-19 di Indonesia sempat tinggi di awal masuknya penyakit tersebut juga karena keterbatasan fasilitas

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo tadi pagi menyampaikan bahwa tingkat kematian terkait COVID-19 di Indonesia lebih tinggi 0,8 persen dari rata-rata global.

Merujuk pada data dari laman Satuan Tugas Penanganan COVID-19 pada hari ini, persentase kematian terkait infeksi virus SARS-CoV-2 di Tanah Air mencapai 4,7 persen dari kasus terkonfirmasi.

Profesor Ari Fahrial Syam, akademisi yang menjabat sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia mengatakan bahwa angka kematian terkait COVID-19 di Indonesia terhitung lebih tinggi dari global juga dipengaruhi kondisi saat penyakit tersebut mulai masuk ke Indonesia.

"Pertama itu memang angka itu muncul di awal, sekitar bulan Maret hingga April, ketika kita memang (mengalami) keterbatasan rumah sakit. Karena di awal, secara pertama laboratorium hanya ditunjuk satu dari Litbangkes, kemudian rumah sakit rujukan juga terbatas," kata Ari saat dihubungi Health Liputan6.com pada Senin (3/8/2020).

"Dalam tanda petik, pasien tidak bisa dirawat langsung. Dengan berjalannya waktu kan rumah sakit rujukan makin banyak. Jadi itu intinya di awal," ujarnya.

Simak juga Video Menarik Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kurang Diantisipasi di Awal

Ari mengatakan, banyak pasien COVID-19 di Indonesia yang sudah datang dengan kondisi bawaan atau komorbid. Di sini, edukasi bagi mereka yang memiliki masalah tersebut juga sudah lebih gencar.

"Jadi pembatasan itu yang penting. Kemudian bagi orang-orang yang komorbid juga menghindari kontak dengan orang," ujarnya.

Ari menyebut, dari sisi pemeriksaan swab saat ini juga sudah lebih dini dilakukan. Hal ini mengantisipasi apabila seseorang menjadi kontak dari pasien COVID-19 dan mudah terdeteksi.

"Jadi sebenarnya angka ini muncul di awal ketika kita memang sempat mencapai 8 persen. Jakarta waktu itu sempat 10,5 persen," kata Ari yang berprofesi sebagai dokter spesialis penyakit dalam tersebut.

"Salah di awal. Pertama masalah laboratorium hanya satu dan rumah sakit rujukan terbatas. Karena pemerintah kurang mengantisipasi di awal, jadi angka itu buruk karena angka awal. Kalau kemarinya sih angka relatif sudah stabil."

Ia menegaskan bahwa saat ini angka kesembuhan pun juga tinggi mengingat makin cepatnya kasus untuk ditemukan. "Prinsipnya semakin dini kasus ditemukan, semakin mudah untuk diatasi."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.