Sukses

Ilmuwan Indonesia di AS Kembangkan Vaksin COVID-19

Ilmuwan Indonesia di Amerika Serikat mengembangkan vaksin COVID-19 dengan teknologi canggih.

Liputan6.com, California Ilmuwan Indonesia di Amerika Serikat, Taruna Ikrar, sedang mengembangkan vaksin COVID-19 berteknologi canggih. Vaksin berbasis personalized, yang dikenal dengan istilah dendritic cells vaccines memiliki varian berbeda dari calon atau kandidat vaksin COVID-19 lain.

"Dendritic cells ini berbasis sel dan termasuk pembuatan vaksin COVID-19 berbasis personalize dengan teknologi cukup canggih. Saya dan tim sedang mengembangkan metode vaksin ini di Amerika," ungkap peneliti Taruna kepada Health Liputan6.com melalui pesan tertulis, Senin (3/8/2020).

"Selama ini kita menggunakan teknologi dendritic celss untuk melakukan pengobatan kanker. Melalui teknik rekombinan dengan mengambil sel, lalu dikembangkan di luar tubuh, sehingga kita bisa dapatkan vaksin. Kita ambil bagian dari sel dendritik untuk dikembangbiakkan."

Sel dendritik merupakan sel imun yang menjadi bagian dari sistem imun. Lebih lanjut, Taruna, yang bekerja di American College of Clinical Pharmacology (ACCP) menyampaikan, dari pengembangbiakan vaksin COVID-19 dengan sel dendritik akan terbentuk antigen khusus, kemudian membentuk antibodi.

"Jadi, metode ini hanya pembibitan sel dengan tujuan memproduksi antibodi dalam tubuh. Kita bisa tunggu dulu sekitar 2 sampai 3 hari, baru dendritic cells-nya disuntikkan ke dalam tubuh," lanjutnya.

Simak Video Menarik Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Akan Dibawa ke Indonesia

Metode dendritic cells yang disuntikkan ke dalam tubuh bermanfaat untuk tubuh membangun antibodi. Kinerja metode ini menyebar ke seluruh tubuh, diharapkan orang akan kebal terhadap paparan virus Corona.

"Ketika sudah ada antibodi, maka orang tersebut kebal. Uji model ini sudah sampai pada tahap dua," lanjut Taruna.

Pengembangan vaksin COVID-19 ini juga sudah terdaftar di Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO). Taruna dan tim akan bersiap masuk uji klinis fase tiga.

"Adanya teknologi ini, saya berjanji akan membawanya ke Indonesia. Saya sudah bicara dengan Badan Litbang Kementerian Kesehatan. Kami lagi proses persiapan untuk itu," tambah Taruna, yang juga profesor dan dekan Pacific Health Science University (PHSU) California.

"Jangan khawatir bahwa nanti Indonesia ada juga vaksin yang masuk dengan pengembangan rekombinan sel, dendritic cells ini."

3 dari 3 halaman

Optimis dengan Kehadiran Vaksin COVID-19

Taruna optimis bahwa semakin banyak pengalaman dan pengetahuan berkembang pengembangan vaksin yang canggih, kita dapat menemukan dan membuat vaksin yang memberikan perlindungan dari COVID-19.

"Harus optimis dengan usaha dan doa. Lagi pula penyebaran virus Corona ini masih berlangsung. Di Amerika sekarang masuk musim panas, tapi ternyata Corona masih juga ada," imbuhnya.

"Saat musim dingin di bagian selatan, misalnya, di Australia juga kasus COVID-19 meningkat terus. Jadi, virus Corona ini tidak tergantung musim."

Oleh karena itu, upaya mengembangkan vaksin COVID-19 menjadi penting sebagai usaha terakhir menekan virus Corona. Dalam beberapa bulan ada 155 kandidat vaksin COVID-19 yang telah dikembangkan dan 27 di antaranya telah dilakukan uji klinis pada manusia.

"Alhamdulillah, dari jumlah kandidat yang ada, 11 di antaranya telah masuk tahap uji klinis yang kedua. Kita juga masih menunggu selesai fase uji klinis vaksin selama kurang lebih 5 sampai 6 bulan ke depan. Kita optimis awal tahun depan, seluruh (kandidat) vaksin yang ada sudah bisa divaksinasi kepada masyarakat," Taruna menerangkan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.