Sukses

Kenali Gejala dan Penanganan Sindrom Kaki Gelisah yang Mengganggu Tidur

Sindrom kaki gelisah (umumnya dikenal sebagai gangguan tidur, tetapi lebih baik ditandai sebagai gangguan sensorik neurologis) memengaruhi sekitar 7 - 10 persen populasi Amerika dan wanita lebih mungkin mengalaminya daripada pria

Liputan6.com, Jakarta Seberapa sering kaki Anda tidak bisa berhenti bergerak sendiri. Misalnya saat meringkuk di sofa, saat di bawah selimut atau bahkan saat mengemudi pulang dari kantor. Gerakan tersebut tentu bisa jadi karena ketegangan otot atau kedutan acak atau bisa saja karena ada gangguan di otak Anda.

Sindrom kaki gelisah (umumnya dikenal sebagai gangguan tidur, tetapi lebih baik ditandai sebagai gangguan sensorik neurologis) memengaruhi sekitar 7-10 persen populasi Amerika dan wanita lebih mungkin mengalaminya daripada pria, menurut National Institute of Neurological Disorders and Stroke (NINDS).

Walaupun kondisinya sulit untuk dijelaskan kepada mereka yang belum mengalaminya, dan terkadang sulit untuk didiagnosis, namun ada perawatan yang tersedia. Berikut ini penjelasannya, dilansir dari Health.

Apa itu RLS?

Restless legs syndrome (RLS) atau sindrom kaki gelisah, juga disebut Penyakit Willis-Ekbom, menyebabkan sensasi yang tidak menyenangkan dan tidak nyaman pada kaki dan keinginan yang tak tertahankan untuk menggerakkannya, menurut NINDS.

"Ini adalah gangguan sensorimotor, yang merupakan gangguan yang memengaruhi sistem sensorik dan motorik dalam tubuh," kata Brian Koo, MD, associate professor Neurology di Yale School of Medicine kepada Health.

Gejala kondisi ini biasanya terjadi pada sore hari atau jam malam, biasanya meningkat pada malam hari ketika tubuh sedang istirahat. Tapi itu tidak terjadi hanya selama tidur, gejala dapat terjadi kapan saja seseorang tidak aktif atau duduk untuk waktu yang lama.

Biasanya terjadi di kaki, dalam kasus yang jarang terjadi, orang telah melaporkan sensasi yang s

ama gelisah di lengan, wajah, dada, dan bahkan alat kelaminnya, kata Dr. Koo.

 

Simak Video Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Gejala RLS dan Pengaruhnya pada Kehidupan Sehari-Hari

"Secara keseluruhan, gejala RLS terdiri dari keinginan untuk bergerak, yang sering dikaitkan dengan ketidaknyamanan indera," kata Dr. Koo. NINDS menambahkan bahwa sensasi spesifik itu sering kali sulit digambarkan, tetapi banyak orang yang menderita kondisi tersebut menjelaskannya sebagai: rasa sakit, berdenyut, menarik, gatal, merangkak, atau merayap. Sensasi itu dapat terjadi pada satu sisi tubuh, kedua sisi, atau dapat bergantian di antara kedua sisi.

"Karena gejala-gejala tersebut, seringkali RLS mengganggu tidur," kata Dr. Koo.

Sementara gejala awal biasanya pada malam hari, mereka yang menderita RLS biasanya mengalami ketidaknyamanan pada hari berikutnya.

NINDS menjelaskan bahwa RLS adalah salah satu dari beberapa gangguan yang dapat menyebabkan kelelahan dan kantuk di siang hari, dan dapat memiliki dampak negatif pada suasana hati, konsentrasi, kinerja pekerjaan dan sekolah, dan hubungan pribadi.

Faktanya, RLS sedang hingga berat yang tidak diobati dapat menyebabkan penurunan sekitar 20 persen dalam produktivitas kerja dan dapat berkontribusi pada depresi dan kecemasan, menurut NINDS.

RLS juga terkait dengan gerakan tungkai berkala tidur atau Periodic Limb Movements of Sleep (PLMS) yaitu sekitar 80% dari mereka yang memiliki RLS juga memiliki PLMS, yang ditandai dengan tungkai atau lengan yang tidak disengaja atau tersentak saat tidur yang dapat terjadi setiap 15 hingga 40 detik, kadang-kadang sepanjang malam, per NINDS. Perlu dicatat, bahwa walaupun banyak orang yang memiliki RLS juga memiliki PLMS, tidak semua orang yang memiliki PLMS memiliki RLS.

 

3 dari 3 halaman

Penyebab RLS

Dalam banyak kasus, masih belum diketahui seutuhnya apa yang menyebabkan RLS. Terutama pada mereka yang tidak memiliki kondisi mendasar lainnya, yang dikategorikan RLS primer. 

Dr. Koo menunjukkan adanya bukti kadar zat besi yang rendah mungkin merupakan faktor yang berkontribusi. NINDS menunjukkan bahwa varian gen spesifik telah dikaitkan dengan RLS dan itu dapat ditemukan dalam keluarga ditandai dengan munculnya gejala sebelum usia 40.

Ada juga laporan bukti bahwa RLS terkait dengan disfungsi pada ganglia basal, salah satu bagian otak yang mengendalikan gerakan, yang menggunakan dopamin kimiawi otak. “Dopamin diperlukan untuk menghasilkan aktivitas dan gerakan otot dengan halus dan memiliki tujuan. Gangguan pada jalur-jalur ini sering menghasilkan gerakan tak disengaja," jelas NINDS.

Adapun yang berkaitan dengan RLS adalah faktor-faktor berikut:

- Penyakit ginjal stadium akhir dan hemodialisis

- Obat-obatan tertentu seperti obat anti-nausea, obat antipsikotik, antidepresan, dan beberapa antihistamin

- Penggunaan alkohol, nikotin, dan kafein

- Kehamilan

- Neuropati atau kerusakan saraf

- Penyakit neurologis seperti multiple sclerosis atau penyakit Parkinson

Cara Mendiagnosis RLS dan Perawatannya

Seseorang didiagnosis menderita RLS jika memiliki gejala stereotip, misalnya tidurnya terganggu, jelas Dr. Koo. Meskipun tidak ada tes khusus untuk RLS, seorang dokter mengevaluasi setiap kasus berdasarkan lima kriteria dasar, menurut NINDS:

- Kebutuhan atau dorongan yang kuat untuk menggerakkan kaki yang sering dikaitkan dengan sensasi abnormal, tidak menyenangkan, atau tidak nyaman.

- Keinginan untuk menggerakkan kaki dimulai atau memburuk saat istirahat atau tidak aktif.

- Keinginan untuk menggerakkan kaki setidaknya untuk sementara dan sebagian atau bisa lega seutuhnya jika digerakkan.- Keinginan untuk menggerakkan kaki dimulai atau diperburuk di sore atau malam hari.

- Keempat kriteria di atas bukan karena kondisi medis atau perilaku lainnya.

Saat ini tidak ada penyembuhan yang pasti untuk RLS, tetapi perawatan berfokus pada mengendalikan kondisi, menghilangkan gejala, dan meningkatkan periode tidur nyenyak. Dr. Koo menjelaskan bahwa memastikan kadar zat besi normal, menyingkirkan gangguan tidur lainnya yang dapat memperburuk RLS, dan menghilangkan kebiasaan yang dapat memperburuk RLS, termasuk alkohol dan kafein, adalah semua langkah pertama dalam pengobatan.

Adapun obat-obatan yang diresepkan juga berdasaarkan gejala yang dialami, misalnya obat anti-kejang, dopamin, obat untuk penyakit Parkinson dan sebagainya, berdasarkan resep dari dokter.

Sayangnya, RLS adalah kondisi seumur hidup, menurut NINDS. Tetapi dengan terapi saat ini gejala dapat diminimalkan dan tidur nyenyak dapat dicapai. Walaupun lebih baik jika Anda rutin kontrol ke dokter jika RLS mengganggu kehidupan sehari-hari Anda.

Jika gejalanya ringan dan tidak menimbulkan rasa tidak nyaman yang signifikan atau gangguan tidur, NINDS mengatakan bahwa kondisi ini mungkin tidak memerlukan perawatan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.