Sukses

Pengaruh Kurangnya Air Bersih Pada Kesehatan Anak

Inilah pentingnya memiliki air bersih dengan kualitas baik

Liputan6.com, Jakarta Ir. Yudha Mediawan, M.Dev. Plg Direktur  Air Minum, Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PUPR menyebut kurangnya ketersediaan air bersih dapat menyebabkan kolera, diare, dan stunting pada anak.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan UNICEF telah merilis data terkait air bersih dan kesehatan anak. Data tersebut menunjukkan lebih 150 ribu anak meninggal dunia setiap tahunnya akibat diare dan sanitasi yang buruk.

Angka stunting atau anak tubuh pendek dengan ancaman gangguan pertumbuhan kognitif prevalensinya mencapai 30 persen di Indonesia. Hal ini memiliki kaitan yang erat dengan ketersediaan air bersih.

“Akses air minum tentu sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak Indonesia. Kalau tidak mempunyai akses air yang layak dan aman maka ada risiko kolera, diare, dan stunting,” ujar Yudha dalam konferensi pers BNPB, Rabu (22/7/2020).

Menurutnya, kebutuhan air setiap orang sangat variatif. Namun, jika dilihat dari rata-ratanya maka setiap orang membutuhkan 60 liter air per hari.   

“Inilah yang harus disediakan sehingga tumbuh kembang anak-anak dapat berlangsung dengan normal. Di samping itu juga lingkungan yang harus terjaga. Sanitasinya harus baik, drainase, dan tempat tinggal yang layak.”

Simak Video Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kendala Penyediaan Air

Yudha menambahkan beberapa kendala untuk memenuhi ketersediaan air bersih. Menurutnya, kendala bisa dimulai dari sumber air.

“Kalau masyarakat mengambil air secara langsung, tentu kualitasnya kita tidak bisa jamin. Namun, jika air sudah diolah oleh unit-unit produksi seperti PDAM, Itu harus mengacu ke Permenkes 492 tahun 2010. Di situ ada parameter-parameter yang tidak boleh terlampaui.”

Hal ini juga berkaitan dengan akses universal, katanya. Masyarakat yang tidak memiliki akses dan langsung mengambil air di sungai atau di sumber air lainnya adalah permasalahan yang tidak bisa termonitor secara baik.

“Namun, ini kedepannya perlu kita kembangkan untuk jangkauan pelayanan air sehingga masyarakat mendapatkan kesamaan dalam mendapatkan air.”

Ia juga menyebutkan 4 prinsip yang harus dipenuhi. 4 prinsip tersebut antara lain yang pertama kuantitas atau jumlah air yang mencukupi, kedua kualitas, ketiga kontinyuitas, dan yang keempat adalah keterjangkauan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.