Sukses

Kebutuhan Masyarakat Meningkat, BPPT Akan Produksi 1 Juta Rapid Test Kit COVID-19 per Bulan

Kepala BPPT menyampaikan 1 juta rapid test kit COVID-19 buatan dalam negeri akan diproduksi sebulan.

Liputan6.com, Jakarta Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza menerangkan upaya memproduksi alat deteksi berbasis antibodi (rapid test) untuk penanganan COVID-19, BPPT bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada, Universitas Airlangga, dan industri kesehatan PT Hepatika Mataram.

Kerja sama itu menghasilkan Rapid Diagnostic Test Kit yang telah diluncurkan pada Hari Kebangkitan Inovasi Indonesia pada 20 Mei 2020 dengan harga Rp75.000.

Rapid diagnostic test kit produksi Indonesia telah diuji validasi pada 10.000 pasien dengan akurasi sensitivitas sebesar 98,4 persen, sebagaimana keterangan resmi yang diterima Health Liputan6.com.

"Jadi kita menguji validasi ke hampir 10.000 pasien ataupun kepada orang-orang yang memerlukan rapid test. Dan dari 10.000 pasien, kita mendapatkan sensitivitasnya 98,4 persen," jelas Hammam saat dialog Media Center Gugus Tugas di Graha BNPB, Jakarta, kemarin (15/7/2020).

"Dengan melihat semakin banyaknya kebutuhan masyarakat terhadap alat rapid test dengan harga terjangkau,  produk-produk inovasi BPPT telah diproduksi dan akan ditingkatkan produksinya hingga 1 juta kit per bulan."

 

Saksikan Video Menarik Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kit PCR

Tak hanya rapid test kit, PCR kit juga merupakan produk yang sangat dibutuhkan dalam mendeteksi COVID-19. Bekerja sama dengan start up Nusantic dan Bio Farma, Indonesia memiliki produk inovasi anak bangsa, yaitu PCR kit yang telah diproduksi secara massal.

PCR kit ini dibanderol dengan harga Rp9,75 juta per boks atau sekitar Rp325 ribu per unit (berisi 30 unit).

Upaya produksi alat kesehatan dalam negeri dalam penanganan COVID-19 dilakukan BPPT dengan membentuk Task Force Riset dan Inovasi Teknologi Penanganan Pandemi COVID-19, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (TFRIC-19 BPPT).

Ketergantungan pada bahan, alat dan produk kesehatan impor lainnya sangat tinggi dan perlu mendapatkan perhatian serius pemerintah.

Melalui TFRIC-19 BPPT yang termasuk bagian dari Konsorsium Riset dan Inovasi Teknologi Penanganan Pandemi COVID-19 Kementerian Ristek/BRIN mendorong lembaga litbang, perguruan tinggi, industri, asosiasi dan juga beberapa start up company di bidang kesehatan serta dibantu oleh pemangku kepentingan untuk menghasilkan inovasi produk yang dapat diproduksi oleh industri dalam negeri.

"Jadi kita melibatkan kementerian, institusi penelitian pengembangan, kemudian ada industri, kemudian ada juga perguruan tinggi dan asosiasi," ujar Hammam.

 

3 dari 3 halaman

Inovasi Dalam Negeri

Adapun teknologi inovasi yang dikembangkan, lanjut Hammam, adalah dengan mengikuti rantai dari mulai proses testing, tracing, isolating hingga sampai pada perawatan pasien.

Menurut Hammam ada lima aksi utama TFRIC-19 BPPT, sebagai berikut:

1. Inovasi produk diagnostik Non PCR, yaitu inovasi rapid diagnostic test untuk deteksi antibodi IgG/IgM

2. Inovasi produk PCR test kit, reagen untuk melakukan analisis PCR

3. Aplikasi Artificial Intelligence untuk Deteksi COVID-19, suatu inovasi teknologi untuk memperkuat penegakan COVID-19 berbasis data X-Ray dan CT Scan

4. Penyusunan data whole genome sequencing (WGS), profil karakteristik peta gen COVID-19 yang sangat penting untuk acuan pengembangan vaksin, diagnostik dan produk berbasis gen lainnya

5. Sarana prasarana dan logistik Kesehatan, diantaranya ventilator, mobile lab BSL2, portable hand washer, face shield, masker, hand sanitizer, disinfektan, dan biskuit yang mengandung imunostimulan alami untuk meningkatkan daya tahan tubuh (Biskuneo +++)

Hammam pun mengajak masyarakat bersama BPPT untuk mengembangkan ide kreativitas sebagai bagian dari sistem dan teknologi untuk membangun ekonomi Indonesia yang maju berbasis inovasi.

"Kita harus berusaha bersaing membangun ekosistem inovasi agar ekonomi kita juga berbasis kepada inovasi. Itulah sesungguhnya visi Indonesia 2045. Jadi negara Indonesia maju, berbasis inovasi," tutupnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.