Sukses

Ini Fakta Tentang Ligamen, Penyakit yang Selalu Menghantui Para Atlet

Cedera ligamen bisa menjadi momok yang menakutkan bagi para atlet dunia. Ini faktanya.

Liputan6.com, Jakarta Bagi seorang atlet, cedera ligamen bisa menjadi momok yang menakutkan. Bisa dibilang cedera itu bisa mempengaruhi karier seorang atlet. Mulai dari atlet sepakbola, badminton, basket atau pelari. 

Pasalnya, atlet yang cedera ligamen harus istirahat dalam waktu yang cukup lama. Dan saat sembuh, bisa saja pemain itu tidak mampu membuat performanya kembali pulih. 

Perlu diketahui, Ligamen adalah suatu struktur jaringan lunak berupa pita yang menghubungkan tulang dengan tulang di dalam tubuh.

Menggapi hal itu, Nicolaas Budhiparama, MD.,PhD., SpOT (K), dr. Kiki Novito, SpOT (K) dan dr. Hendy Hidayat, SpOT mengatakan cedera pada ligamen dapat terjadi pada saat kita beraktivitas atau berolahraga. Umumnya, ligamen pada lutut dan pergelangan kaki merupakan ligamen yang paling sering mengalami cedera. 

Hal itu bisa disebabkan beberapa hal. Mulai dari benturan, memutar sendi dengan posisi yang salah, terkilir, mendarat dengan posisi yang tidak tepat setelah melompat, dan gesekan repetitif dengan tulang akibat aktivitas berlebihan

“Kejadian tersebut dapat dialami ketika sedang aktivitas fisik, olahraga, atau rekreasi. Lebih jarang lagi, ligamen lutut juga dapat cedera setelah jatuh dari kendaraan bermotor atau jatuh dari ketinggian,” ujar dr Hendy.  

Lebih jelasnya, dr Hendy mengurutkan beberapa jenis cedera ligamen pada lutut. 

  1. Anterior cruciate ligament (ACL)
  2. Posterior cruciate ligament (PCL)
  3. Lateral collateral ligament (LCL)
  4. Medial collateral ligament (MCL)
  5. Postero-lateral corner (PLC)

 

 

Ia melanjutkan bahwa orang dengan cedera ligamen seperti ini biasanya merasakan nyeri, bengkak, dan memar segera setelah kejadian, hingga sulit untuk berjalan. 

“Nyeri dan bengkak ini biasanya berangsur-angsur mereda dalam 1-2 minggu pertama. Pada cedera ligamen, sering disertai dengan instabilitas atau giving-way sendi yang ditandai dengan sendi terasa goyang atau tidak stabil, seakan-akan terlepas dari sendinya, dan gejala tersebut dirasakan sesekali terutama saat sedang aktivitas yang membebani sendi lutut,” imbuh Nicolaas. 

Ia melanjutkan bahwa apabila disertai gejala nyeri atau mengunci (locking), biasanya bantalan sendi (meniscus) pun turut cedera.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Cedera pada ligamen dapat terbagi menjadi beberapa jenis

Menurut Nicolaas cedera pada ligamen dapat terbagi menjadi beberapa jenis. Pertama, inflamasi atau peradangan yang merupakan peradangan pada ligamen karena gesekan akibat overuse activities. Biasanya ditandai dengan nyeri

Kedua, sprain yang merupakan peregangan pada ligamen yang mendadak akibat terkilir atau aktivitas yang berlebihan. Ketiga, robekan parsial atau total, robeknya ligamen yang dapat menyebabkan instabilitas pada sendi.

“Untuk mendiagnosis cedera ligamen perlu dilakukan pemeriksaan fisik dan klinis oleh seorang dokter ditambah dengan pemeriksaan penunjang seperti x-ray maupun MRI,” ujar Nicolaas. 

3 dari 5 halaman

Penanganan cedera ligamen

Penanganan pada cedera ligamen dapat dilakukan baik secara non-operatif maupun operatif tergantung dari jenis cedera dan keparahannya. Cedera ligamen sebaiknya ditangani sedini mungkin untuk menghindari komplikasi di kemudian hari. 

Penanganan awal dan non-operatif dapat dilakukan berupa: RICE (Rest, Ice, Compression, Elevation).

1. Istirahat

Mengistirahatkan kaki yang cedera dari berbagai pergerakan yang tidak penting atau berlebih merupakan langkah awalnya, terutama dari gerakan-gerakan menjadikan kaki penahan atau penopang.

2. Kompres es

Kompres bagian yang cedera dengan es, hal ini dilakukan untuk mengurangi bengkak. Lakukan pengkompresan selama 20 menit tiap jam, selama bagian yang cedera masih terlihat bengkak.

3. Compression atau Balut/bebat

Bebat ligamen persendian yang cedera berguna untuk meminimalisir terjadinya pergerakan. Bebat dengan rapat namun tidak erat. Jika karena bebat malah bertambah bengkak maka segera kendurkan/renggangkan.

4. Elevation atau diangkat

Tungkai diletakkan di atas letak jantung selama 48 jam pertama. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir bengkak dan memar pada bagian yang cedera.

“Penanganan lanjutan dapat dibarengi dengan pemberian obat antinyeri, fisioterapi dan rehabilitasi, penggunaan brace atau orthosis untuk melindungi dan mencegah cedera lebih lanjut, dan penggunaan tongkat crutch untuk latihan berjalan,” tutur dr Kiki. 

Selain itu, lanjutnya, hindari pengurutan pada cedera ligamen karena akan menambah peradangan, bengkak, dan nyeri pada bagian yang cedera. Yang terparah dapat menyebabkan bertambah parahnya robekan dan mengakibatkan instabilitas sendi.

Untuk cedera ligamen parah seperti pada jenis robekan total memerlukan tindakan lebih lanjut oleh tim medis dan dokter ortopedi. 

Sementara itu, Nicolaas, mengatakan bahwa nantinya Dokter akan mengevaluasi keparahan dan stabilitas sendi untuk menentukan terapi yang sesuai. 

“Tidak semua cedera ligamen harus dibawa ke meja operasi. Perlu atau tidaknya tindakan operasi dipertimbangkan,” tuturnya. 

Lebih lanjut ia menjelaskan beberapa hal itu dilihat dari:

  • Ligamen mana yang mengalami cedera 
  • Derajat cedera ligamen
  • Cedera pada struktur lain seperti bantalan (meniskus) atau tulang rawan (kartilago); apabila ditemukan cedera ikutan, tindakan operasi biasanya memberikan keuntungan tersendiri
  • Stabilitas sendi; apabila pada pemeriksaan klinis sendi dinilai cukup kuat dan stabil, dapat dipilih tata laksana lain tanpa operasi dan rehabilitasi fisik.
  • Kebutuhan aktivitas pasien; apabila rutinitas sehari-hari tidak memerlukan performa fisik yang berat, dan pasien tetap dapat melakukan kegiatan harian tanpa adanya keluhan bermakna, operasi bukanlah suatu keharusan.

“Cepat atau lambatnya masa pemulihan bergantung kepada tingkat keparahan cedera dan penanganan yang diberikan,” imbuhnya.

Setelah mendapat penanganan, hindari terburu-buru kembali beraktivitas seaktif sebelumnya, sampai pada kondisi berikut:

  • Tidak ada pembengkakan lagi
  • Tungkai yang cedera sama kuatnya dengan yang tidak cedera
  • Tidak terasa nyeri saat berjalan, berlari, dan melompat
  • Dapat menggerakkan sendi tanpa merasa sakit

“Jangan sepelekan masa pemulihan, karena jika Anda terburu-buru beraktivitas seperti semula saat belum benar-benar sembuh, akan berisiko terjadi cedera yang permanen,” tutur dr. Hendy. 

Intinya, lanjut dia diperlukan tahapan-tahapan pemulihan pasca cedera seperti rehabilitasi, latihan pergerakan, latihan kekuatan, latihan keseimbangan sebelum seseorang dapat kembali ke aktivitasi fisik dan olahraga seperti semula. 

 

4 dari 5 halaman

Penanganan cedera pada atlet

Menurut Nicolaas prinsip utama penanganan cedera ligamen pada seorang atlet pada dasarnya adalah sama, namun dengan fokus dan metode yang berbeda. 

“Penanganan cedera ligamen pada atlet berbeda pada orang biasa (recreative sport), karena atlet memiliki kebutuhan performa yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang biasa,” imbuhnya.

Lebih lanjut ia katakan seorang atlet bukan saja membutuhkan pemulihan hingga kondisi normal, tetapi juga perlu untuk mengembalikan performa olahraga seperti sebelum cedera dalam waktu yang relatif singkat. 

“Agar seorang atlet mampu kembali berolahraga setelah cedera, diperlukan tahapan-tahapan latihan dan evaluasi khusus dari tim medis yang berpengalaman.  Apabila ada tahapan latihan atau evaluasi yang terlewatkan, besar kemungkinan penyembuhan pada sang atlet menjadi tidak optimal,” ujar dr. Kiki.

Hal ini dapat meningkatkan risiko seperti performa yang dicapai tidak akan kembali optimal atau bahkan dapat terjadi cedera yang berulang, yang mana dapat berpengaruh pada karir sang atlet. Oleh karena itu, cedera ligamen pada seorang atlet perlu ditangani oleh tim medis yang berpengalaman dalam menangani atlet professional agar sang atlet mampu kembali pada performa yang optimal. 

“Intinya dalam menangani pasien atlet, perlu super hati-hati, terutama sebisa mungkin menghindari operasi bila hasilnya tidak akan lebih baik. Karena hanya sedikit sekali indikasi operasi akut pada injury sport. Bukan berarti tindakan operasi menjadi gold standart untuk sang atlet dapat cepat kembali pulih,” imbuh Nicolaas.

Menurut Nicolaas yang menangani Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) dan di dewan pakar Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PRSI) beberapa atlet bulutangkis dunia dan bahkan pesepakbola internasional masih tetap dapat menorehkan prestasi di lapangan pasca pulih dari cedera ligamen, setelah mendapat penanganan yang tepat dari tim medis yang berpengalaman.

“Sebagai dokter yang menanggani atlet, harus terjun melihat perkembangan sang atlet di lapangan atau saat fisio terapi,” ujar Nicolaas.

Maka dari itu, dianjurkan bagi atlet untuk mencari dokter ortopedi yang benar-benar berpengalaman dalam menangani atlet profesional. 

“Jika tidak demikian, banyak pula atlet yang setelah operasi kemudian hilang dari dunia olahraga,” ujar Nicolaas.

5 dari 5 halaman

Pencegahan cedera ligamen

Penting untuk mencegah cedera ligamen sebelum terjadi. Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemanasan sebelum berolahraga atau beraktivitas, melakukan peregangan dan latihan kekuatan secara teratur untuk menjaga fleksibilitas otot, dan hindari menambah intensitas olahraga secara tiba-tiba.

Jangan ragu untuk langsung berobat ke dokter ortopedi bila mengalami cedera olahraga agar mendapatkan penanganan yang tepat, karena tidak semua kasus diharuskan atau dipaksakan untuk operasi.

 

Artikel ini bekerjasama dengan Nicolaas Budhiparama, MD., PhD., SpOT(K) dari Nicolaas Institute of Constructive Orthopedic Research & Education Foundation for Arthoplasty & Sports Medicine. www.dokternicolaas.com, dan Instagram @nicolaasmdphd

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini