Sukses

Hadapi New Normal, Ini yang Perlu Dipersiapkan Saat Naik Angkutan Umum

Memasuki era New Normal, kini fokus kekhawatiran ada pada alat transportasi umum seperti bis, kereta, kapal laut dan pesawat.

Liputan6.com, Jakarta Memasuki era New Normal, kini fokus kekhawatiran ada pada alat transportasi umum seperti bis, kereta, kapal laut dan pesawat. Seperti yang kita tahu kalau kerumunan berisiko tinggi tertular Covid-19, baik pekerja yang selalu menggunakan transportasi umum tersebut bahkan saat PSBB berlangsung, maupun orang-orang yang baru menaikinya.

Dilansir dari Citylab, para ahli memberi info tentang bahaya dan tindakan pencegahan yang diperlukan.

1. Jaga jarak aman dan perhatikan mulut Anda

Aturan jaga jarak 2 meter antar individu masih terus berlaku dimanapun Anda berada. Peraturan ini bukan hanya untuk menjaga jarak dari orang yang terlihat sedang sakit, anggaplah semua di sekitar Anda memiliki virus meskipun tanpa gejala.

"Jika Anda berbicara, Anda menghasilkan aerosol. Jika Anda berbicara lebih keras, Anda menghasilkan lebih banyak, jadi orang-orang yang berbicara keras di kereta mungkin adalah penyebar virus terburuk. Karena ketika Anda batuk atau bersin, Anda biasanya memalingkan muka atau batuk ke lengan baju Anda,” ujar Dr. Julian Tang, seorang profesor dari Department of Respiratory Sciences di University of Leicester, Inggris.

Mengenakan masker dapat membantu mengurangi risiko tertular, kata Tang. Jika semua orang memakai masker, perlindungannya dari dua arah, menahan virus untuk diri sendiri dan melindungi Anda dari virus yang dihembuskan orang lain. Akan lebih efektif jika maskernya tidak ada ventilasi, karena virus akan mulai menumpuk di udara. Jadi jaga jarak saja tidak efektif jika virus ada di dalam transportasi umum tersebut.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

2. Harus ada ventilasi, tapi..

Ventilasi pada kendaraan yang padat penumpang tidak mensirkulasi udara terinfeksi dengan adekuat. Dalam sebuah penelitian menunjukkan bahwa infeksi di suatu ruangan ber-AC akam mengikuti arah hembusan AC.

"Namun, virus ini tidak seperti TBC, yang orang-orang dapat tertular di 2 tempat terpisah asalkan terhubung oleh ventilasi." ujar Dr. Lena Ciric, seorang mikrobiolog di University College London.

Buktinya Rumah Sakit-Rumah Sakit yang saat ini paling banyak dikunjungi, tidak terlalu mengkhawatirkan sistem ventilasi. Kalaupun ditemukan jejak virus di ventilasi rumah sakit, mereka belum tentu dapat menyebabkan infeksi. Namun, jika suatu ruangan memiliki ventilasi yang buruk tentu berisiko lebih tinggi menularkan penyakit.

Itulah mengapa ventilasi yang baik dan ruang terbuka serta lebih luas bisa mengurangi risiko penularan infeksi dari seseorang didekat Anda. Dan tidak ada AC yang lebih efektif daripada menjaga jarak aman.

3. Berhati-hati terhadap permukaan

Tang mencatat bahwa masih kurang bukti terkait transmisi Covid-19 dari tangan yang terkontaminsi lalu menyentuh wajah. Namun, Dr. Simon Clark (asosiasi professor microbiologi di University of Reading, Inggris) serta Dr.Ciric menekankan perlunya kewaspadaan terhadap permukaan yang sangat sering disentuh, seperti kenop/gagang pintu dan tiang tangga di setiap stasiun, bandara, maupun terminal.

Mengendarai kendaraan umum memiliki tantangan dalam menjaga jarak. Meskipun Anda masuk di kereta atau angkutan umum yang sepi, namun pada area pemberhentian tertentu akan muncul kerumunan orang yang berusaha masuk. Jika hal ini terjadi pada Anda, tipsnya sama seperti sebelumnya: gunakan masker, usahakan menjaga jarak aman, dan jangan menyentuh wajah.

Tang menyarankan untuk duduk di kendaraan umum dekat pintu keluar yang memiliki sirkulasi udara terbaik. Sementara Ciric menyarankan menggunakan alat pelindung dan menghindari bepergian dengan banyak orang. Walaupun ada jenis bepergian yang bisa Anda tempuh dengan berjalan kaki atau bersepeda, Ciric lebih menyarankan kedua hal tersebut dibandingkan mengendarai kendaraan umum.

Tergantung dimana Anda tinggal, beberapa tempat sudah menjadikannya sebagai bagian peraturan pemerintah. Misalnya di Milan diberlakukan pembatasan waktu beroperasi seperti sekolah dan swalayan untuk mengurangi jam-jam ramai. Di beberapa tempat juga diperbanyak jalur sepeda dan pejalan kaki. Di New York diberlakukan pembatasan jumlah penumpang kendaraan umum. Kebanyakan lokasi transit kendaraan umum diberikan petunjuk visual untuk menjaga jarak sosial, penggunaan masker dan mengurangi kontak antar penumpang dan pengemudi. Selain itu, di beberapa tempat diberi penanda pada kursi untuk dikosongkan.

Yang terpenting adalah menjaga diri Anda tetap aman. Kurangi bepergian kecuali dalam keadaan terdesak.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.