Sukses

Peneliti Australia Temukan Plasma Darah untuk COVID-19 Dijual di Dark Web

Peneliti dari Australia menemukan plasma darah dan barang-barang lain terkait COVID-19 dijual secara ilegal di dark web

Liputan6.com, Jakarta Plasma darah menjadi satu dari sekian banyak perawatan yang berpotensi bagi pasien COVID-19. Namun, investigasi para peneliti di Australia menemukan adanya penjual benda-benda tersebut secara ilegal di dark web.

Temuan itu diungkap oleh para peneliti di Australia National University. Mereka mengatakan bahwa para penjual ilegal tersebut menjajakan darah pasien sembuh COVID-19 dan mengatakan benda tersebut memiliki antibodi yang bisa menyelamatkan jiwa.

"Kata yang saya pikirkan adalah vaksinasi pasif, di mana plasma darah dari pasien COVID-19 yang sembuh diambil untuk antibodi dan kemudian digunakan untuk disuntikkan kepada seseorang yang mungkin berisiko COVID-19," kata ketua peneliti Rod Broadhurst pada ABC News, dikutip dari New York Post pada Rabu (6/5/2020)

Broadhurst mengatakan, adanya pasar gelap ini muncul karena beberapa orang yang mungkin siap untuk segera melakukan perawatan tersebut dan ada orang yang mau mendapatkan vaksin yang sedang diuji coba ini.

Simak juga Video Menarik Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Bahaya Vaksin Ilegal

Broadhurst dan rekan-rekannya menghabiskan waktu satu hari untuk menjelajahi dark web dan menemukan ratusan produk terkait COVID-19 ilegal. Tidak hanya plasma darah tetapi juga obat malaria hingga alat pelindung diri.

Para peneliti masih belum bisa melakukan verifikasi terhadap keaslian atau asal spesifik dari berbagai produk yang ditawarkan. Selain itu, Broadhurst mengatakan ada bahaya yang mengincar dari barang-barang ilegal yang dijual tersebut.

"Vaksin palsu dapat membantu penyebaran virus karena pengguna bisa berperilaku seolah-olah mereka kebal tetapi tetap terkena virus corona," ujarnya dikutip dari 7news.

"Rilis prematur vaksin yang menjalani uji pada hewan atau manusia tidak hanya akan menyesatkan pengguna untuk kekebalan tetapi juga dapat berdampak pada keberhasilan uji klinis krusial ini."

Broadhurst mengatakan, bagi beberapa orang, pandemi ini menjadi peluang mereka untuk berbuat kriminal dengan memanfaatkan ketakutan dan kekurangan.

"Kami pikir kita akan melihat lebih banyak dari itu dan kita membutuhkan beberapa pengawasan dasar untuk mulai menghentikannya."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.