Sukses

Pasangan Muda Lebih Memikirkan Acara Pernikahan Ketimbang Kesehatan Keluarga di Masa Depan

Kepala BKKBN mengatakan saat ini banyak orang yang lebih mementingkan acara pernikahan daripada masa depan keluarga dan anak

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengatakan bahwa saat ini banyak kaum muda yang akan menikah lebih mempersiapkan acara pernikahan ketimbang kesejahteraan atau kesehatan anak dan keluarga di masa depan

Hal ini dinyatakan Hasto dalam peluncuran situs Siap Nikah yang dilakukan secara daring pada Senin (4/5/2020).

"Yang mau nikah sekarang sibuk menyiapkan pre-wedding habisnya puluhan juta bahkan ratusan juta, tapi menyiapkan sperma suami yang butuh 75 hari membuat sperma sehat dengan minum zinc, minum asam folat, atau vitamin C, harganya cuma 10 ribu atau 20 ribu rupiah tidak dibeli sama sekali," kata Hasto.

Hasto mengatakan seringkali, acara pernikahan seperti foto-foto saat ini banyak dianggap sebagai puncak kepuasan orang-orang. Menurutnya, hal ini terjadi karena kurangnya edukasi mengenai bagaimana melahirkan generasi yang unggul di masa depan.

"Tidak berpikir sama sekali, untuk periksa laboratorium supaya anaknya tidak cacat, tidak berpikir istri harus dipersiapkan telurnya butuh waktu satu bulan atau kalau bisa tiga bulan minum asam folat dulu biar embrionya nanti bagus, sama sekali tidak dipikir," kata Hasto.

Simak juga Video Menarik Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Edukasi Generasi Muda Sesuai Zamannya

Maka dari itu, Hasto mengatakan bahwa dibutuhkan upaya untuk mengubah pola pikir semacam ini bagi generasi muda yang nantinya akan menjadi keluarga di masa depan. Di sini, dibutuhkan cara yang disesuaikan dengan perkembangan zaman.

"Hari ini tentu kita harus menjalankan nasehat 'didiklah anak cucumu sesuai dengan zamannya karena dia tidak lahir di zamanmu,'" kata Hasto. Menurutnya, apabila cara edukasi yang dilakukan dan berangkat dari pola pikir lama, hasilnya akan mengecewakan.

Menurutnya, apabila pemberian bekal ilmu yang berangkat dari pola pikir sesuai dengan generasi muda saat ini, maka perilakunya akan berubah.

"Kalau kita hanya doktrinasi, mereka akan bosan," ujarnya.

"Setelah mindsetnya berubah, dia sendirilah yang akan menentukan tidak akan kawin di bawah 19 atau 20 tahun. Mengubah mindset itu penting untuk mengubah perilaku. Jangan kita sibuk menggiring perilaku tanpa mengubah mindset," tambah mantan bupati Kulon Progo itu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.