Sukses

Pakar Kesehatan Inggris Sebut Perokok 14 Kali Lebih Berisiko Mengalami Gejala Parah COVID-19

Pakar kesehatan dari Inggris menyebut perokok 14 kali lebih berisiko mengalami gejala parah dari COVID-19

Liputan6.com, Jakarta Pakar kesehatan di Inggris mengatakan bahwa COVID-19 menjadi waktu yang tepat bagi para perokok untuk berhenti. Hal ini karena mereka dianggap lebih berisiko mengembangkan kondisi serius akibat infeksi virus corona.

"Mengingat pandemi COVID-19 yang belum pernah terjadi sebelumnya ini, tidak ada waktu yang lebih penting untuk berhenti merokok," kata John Newton, kepala peningkatan kesehatan di Public Health England (PHE) seperti dilansir dari New York Post pada Kamis (9/4/2020).

"Tidak hanya untuk kesehatan Anda sendiri tetapi untuk melindungi orang-orang di sekitar Anda," tambah Newton.

PHE memperingatkan bahwa perokok 14 kali lebih berisiko mengembangkan gejala parah dari infeksi virus corona. Pernyataan tersebut dibuat berdasarkan sebuah studi di Wuhan, Tiongkok yang walaupun kecil namun cukup berpengaruh.

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Risiko juga Pada Perokok Pasif

PHE mengatakan bahwa merokok merusak paru-paru dan saluran udara yang menyebabkan berbagai masalah pernapasan serius.

"Buktinya jelas menunjukkan virus COVID-19 menyerang sistem pernapasan, yang menjelaskan mengapa perokok berisiko lebih besar," kata mereka. Organisasi kesehatan itu juga memperingatkan kebiasaan meletakkan tangan di mulut juga memudahkan mereka tertular penyakit.

Mereka juga mengatakan, bahwa perokok pasif juga rentan terkena penyakit karena paparan asap rokok.

"Anda tidak hanya menempatkan diri Anda pada risiko lebih besar terkena penyakit parah dari virus COVID-19, tetapi orang-orang di sekitar Anda yang terpapar asap rokok, termasuk anak-anak, juga berisiko lebih tinggi."

3 dari 3 halaman

Saatnya Berhenti Merokok

Bukan hanya PHE yang memperingatkan para perokok untuk berhenti saat COVID-19 melanda. Pakar kesehatan dari International Union Against Tuberculosis and Lung Disease mengatakan bahwa 1,3 miliar perokok dunia terkena dampak dari virus corona, terutama di negara-negara miskin yang membuat sistem perawatan kesehatan menjadi lebih terbebani.

"Hal terbaik yang dapat dilakukan industri tembakau untuk memerangi COVID-19 adalah dengan segera menghentikan produksi, pemasaran, dan penjualan tembakau," kata Gan Quan, pakar kesehatan masyarakat dari organisasi tersebut seperti dikutip dari Metro.

Di Indonesia, dokter spesialis paru Feni Fitriani mengatakan bahwa adanya COVID-19 adalah saat yang tepat bagi perokok untuk berhenti.

Feni mengatakan bahwa merokok saja berisiko membuat seseorang terkena berbagai penyakit. "Tanpa COVID-19 saja, orang yang merokok itu dia sudah mengalami kerentanan di saluran napas," kata Feni.

Menurutnya, selama ini orang abai dengan kebiasaan tersebut karena dampak buruk dari rokok terlihat dalam jangka panjang dan tidak secepat COVID-19.

Sehingga, dia berharap dengan fenomena pandemi ini, seorang perokok bisa jadi lebih waspada dan memiliki motivasi untuk berhenti melakukan kebiasaan tersebut.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.