Sukses

Pandemi Corona Buat Getaran Bumi Berkurang

Bagi sebagian orang di belahan dunia, Pandemi Corona benar-benar memiliki dampak luar biasa. Jalanan kota yang dulu sesak karena polusi, kini kosong.

Liputan6.com, Jakarta Bagi sebagian orang di belahan dunia, Pandemi Corona benar-benar memiliki dampak luar biasa. Jalanan kota yang dulu sesak karena polusi, kini kosong.

Lalu lintas dan jalan raya yang padat merayap dan semrawut, kini melambat. Dan seiring waktu, semakin sedikit orang yang berkeliaran di luar rumah.

Tindakan "Stay at Home" (Tinggal di Rumah) ini memang bukan saja diberlakukan di Indonesia, tapi juga di negara-negara terdampak Corona COVID-19. Cara ini dipercaya dapat memerangi penyebaran virus Corona. 

Tanpa disadari, para ilmuwan juga memperhatikan dampak sepinya bumi. Seismolog ini mengamati setiap getaran yang dihasilkan oleh mobil, kereta api, bus dan orang-orang yang menjalani kehidupan sehari-hari mereka. Dengan tidak ada suara tersebut, ternyata ahli menemukan getaran bumi bergerak sedikit demi sedikit.

Fenomena ini pertama kali ditunjukkan di Brussel. Thomas Lecocq, seorang ahli geologi dan seismolog di Royal Observatory di Belgia melihat pengurangan 30-50 persen kebisingan tersebut sejak pertengahan Maret--saat negara itu mulai menerapkan penutupan sekolah dan tempat umum sebagai langkah pencegahan penularan corona.

"Berkurangnya kebisingan ini membuat seismolog dapat mendeteksi kejadian yang lebih kecil, seperti mendeteksi gempa bumi kecil atau peristiwa seismik lain semisal getaran halus di tanah," kata Lecocq, seperti dikutip CNN.

 

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pengingat semua orang

Fenomena ini memang sangat langka, kata Lecocq, mengingat Brussel juga merupakan kota yang dibangun seabad lalu sehingga sulit untuk menangkap dengungan kecil.

Seismolog lain sependapat. Paula Koelemeijer memposting grafik di Twitter yang menunjukkan bagaimana kebisingan di London Barat begitu berubah setelah sekolah dan tempat-tempat sosial di Inggris.

Celeste Labedz, seorang mahasiswa PhD di California Institute of Technology, pun memposting grafik yang menunjukkan penurunan tajam grafik kebisingan di Los Angeles.

Namun, seismolog mengatakan, pengurangan kebisingan adalah pengingat serius akan virus yang telah membuat lebih dari satu juta orang sakit, dan menewaskan puluhan ribu orang dan menghentikan ritme kehidupan yang normal.

"Dari sudut pandang seismologis, kita dapat memotivasi orang untuk mengatakan bahwa Anda mungkin sendirian di rumah. Tapi kami dapat memberi tahu Anda bahwa semua orang ada di rumah. Semua orang melakukan hal yang sama. Semua orang menghormati aturannya," katanya.

Raphael De Plaen, seorang peneliti postdoctoral di Universidad Nacional Autónoma de México mengatakan, penggunaan data untuk mengidentifikasi langkah-langkah pengendalian mungkin dianggap tidak efektif, tapi kini Anda bisa melihat bahwa Anda sudah melakukan hal yang benar dan tinggal mengerjakannya dan memastikan bahwa orang-orang menghormati itu karena ini adalah untuk kepentingan semua orang.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini