Sukses

WHO akan Pertimbangkan Perubahan Panduan Penggunaan Masker

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) saat ini tengah mempertimbangkan, apakah seseorang dianggap perlu menggunakan masker di tempat umum.

Liputan6.com, Jakarta Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) saat ini tengah mempertimbangkan, apakah seseorang dianggap perlu menggunakan masker di tempat umum. Hal ini dipicu oleh dua dokter yang meninggal karena Covid-19.

Seperti dikutip Aljazeera, dua dokter tersebut adalah dokter spesialis telinga, hidung dan tenggorokan, Amged El-Hawrani yang berpraktik di rumah sakit universitas di utara Inggris. 

Beberapa minggu sebelum kematiannya, el-Hawrani mengkhawatirkan ibunya yang sudah lanjut usia yang sedang sakit lagi setelah sembuh dari pneumonia. El-Hawrani menyelesaikan shift malamnya dan berkendara cukup jauh untuk melihat ibunya di Bristol, di Inggris barat daya. Pada saat itu, ia memiliki gejala flu ringan yang membuatnya terlalu banyak bekerja.

Meskipun ia tidak memiliki masalah kesehatan sebelumnya, el-Hawrani meninggal di rumah sakit pada hari Sabtu dalam usia 55 tahun.

Dokter kedua adalah Adil El Tayar, seorang ahli bedah di Rumah Sakit Wilayah Hereford di barat Inggris. Ia meninggal pada 25 Maret, dalam usia 64 tahun. Ia tercatat sebagai sukarelawan di departemen darurat di tengah pandemi, di mana keluarganya percaya bahwa dia terkena virus.

Dia mulai mengasingkan diri ketika dia menunjukkan gejala tetapi akhirnya dirawat di rumah sakit dan ditempatkan pada ventilator.

Dua dokter inilah yang mengubah sudut pandang WHO akan bahaya pendemi Covid-19. Data yang dibagikan dari Hong Kong secara rahasia tersebar dan WHO menyebut akan menilai kembali kebijakannya soal kebutuhan petugas kesehatan, terutama masker di seluruh dunia.

Asosiasi Konsultan dan Spesialis Rumah Sakit (HCSA) mengatakan virus ini begitu cepat menyebar dan menular, dan risiko terhadap staf garis depan sangat besar, sehingga setiap orang di rumah sakit harus selalu menutup mulutnya untuk mengurangi risiko penularan.

HCSA mewakili ribuan dokter di Inggris menuntut perubahan kebijakan agar setiap pasien dan anggota staf di rumah sakit diberikan masker wajah, untuk dipakai setiap saat untuk membantu mengurangi penyebaran virus corona.

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sejak dinyatakan PDP, perlu masker

Dr. Claudia Paoloni, presiden HCSA dan ahli anestesi di rumah sakit NHS di Bristol mengatakan kepada The Guardian, bahwa penggunaan masker bedah diperlukan oleh semua staf dan pasien di semua area rumah sakit, dan untuk semua pasien yang akan diperlakukan sebagai pasien Covid-19 (kita mengenalnya dengan PDP).

Melihat betapa banyaknya korban meninggal, bahkan sampai menginfeksi menteri dan sekretaris kesehatan. Di Amerika Serikat, CDC juga sedang mempertimbangkan peninjauan ulang panduannya tentang masker dan dapat menyarankan warga Amerika untuk menutupi wajah mereka saat bepergian ke luar rumah.

Dr. Peter KaHung Chan, seorang ahli epidemiologi di University of Oxford, mengatakan bahwa bukti penggunaan masker wajah oleh publik hingga kini masih belum jelas, juga bukan satu-satunya hal yang berguna, tetapi masker adalah sesuatu yang harus dipelajari dengan benar, bukan dilepas atau dipromosikan secara berlebihan dengan bukti empiris yang tidak memadai.

Hingga saat ini, WHO masih berpegang pada manfaat besar penggunaan masker bagi yang sedang flu-batuk-bersin yang dapat menyebabkan droplet.

Prof David Heymann, seorang ahli penyakit menular yang memimpin respons global terhadap wabah SARS, mengatakan banyaknya yang tertular Covid-19 sebelum gejala muncul meningkatkan kemungkinan bahwa masker dapat membantu menghentikan penyebaran diantara orang yang silent carrier (pembawa virus tanpa gejala).

“Satu atau dua hari sebelum gejala muncul, tampaknya (orang) bisa melepaskan droplet saat berbicara di sekitar mereka dan menularkan virus,” katanya.

Saat buktinya tersedia, kemungkinan WHO akan mempertimbangkan mengubah panduan penggunaan masker. Apakah memang benar berperan dalam penanggulangan wabah, tambahnya.

Setelah mengabarkan NHS Inggris terkait APD saat berhadapan dengan pasien positif Covid-19, Paoloni juga mengabarkan Public Health England (PHE) kalau staf dan pasien kemungkinan tidak menyadari diri mereka bisa menularkan virus. Itu karena gejalanya bisa ringan dan bervariasi pada setiap orang.

Paoloni berpesan agar di rumah sakit juga diberlakukan social distancing juga, serta mengubah panduan agar semua orang yang ada di rumah sakit harus memakai masker. Jangan sampai keselamatan sumber daya dikorbankan karena ketersediaan APD yang tidak memadai.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.