Sukses

Termasuk Corona, Ada 12 Virus Mematikan di Bumi

Sebelum ada virus corona, sudah sejak lama manusia berperang melawan virus lainnya.

Liputan6.com, Jakarta Sebelum ada virus corona, sudah sejak lama manusia berperang melawan virus lainnya. Beberapa virus pembawa penyakit sudah memiliki vaksin dan obat antiviralnya yang mencegahnya menyebar luas dan membantu yang sakit segera pulih.

Dari kesekian banyak virus, ada satu yang sudah berhasil dieradikasi, yaitu cacar. Namun masih banyak virus mematikan lainnya yang menjadi PR bagi tenaga medis serta pemangku kepentingan.

Berikut ini merupakan 12 virus mematikan terburuk, berdasarkan seseorang yang pasti mati jika terinfeksi virus tersebut, tingkat kematian (jumlah orang yang terbunuh), serta mewakili ancaman yang berkembang, mengutip dari Livescience.

1. Virus Marburg

Virus ini pertama kali teridentifikasi oleh peneliti pada 1967, yang menyebabkan wabah antara pekerja laboratorium di Jerman yang terpapar monyet impor dari Uganda yang terinfeksi. Virus ini mirip dengan Ebola karena keduanya menyebabkan demam berdarah, artinya orang yang terinfeksi mengalami demam tinggi dan perdarahan di seluruh tubuh yang dapat menyebabkan syok, kegagalan organ dan kematian.

Tingkat kematian pada wabah pertama adalah 25%, tetapi pada wabah 1998-2000 di Republik Demokratik Kongo dan wabah 2005 di Angola mencapai 80%, menurut World Health Organization (WHO).

2. Virus Ebola

Wabah Ebola pertama kali menyerang di Republik Sudan dan Republik Demokratik Kongo pada 1976. Ebola menyebar melalui kontak darah atau cairan tubuh, atau jaringan dari orang atau hewan yang terinfeksi.

"Strain-nya yang bervariasi menyebabkan kematian," ujar Elke Muhlberger, seorang ahli virus Ebola dan profesor mikrobiologi di Universitas Boston.

Misalnya strain Ebola Reston, tidak membuat orang sakit. Namun strain Bundibugyo, tingkat kematiannya mencapai 50% dan 71% untuk strain Sudan, menurut WHO.

Wabah terbesar dan terkompleks terjadi pada awal 2014 di Afrika Barat, menurut WHO.

3. Virus Rabies

Meskipun vaksin telah membantu menurunkan kasusnya di negara maju sejak 1920-an, namun kasusnya masih menjadi momok di India dan beberapa bagian di Afrika.

Muhlberger mengatakan virus ini menghancurkan otak, menjadikannya penyakit yang sangat, sangat buruk. "Kami memiliki vaksin untuk melawan rabies, dan kami memiliki antibodi yang berfungsi melawan rabies, jadi jika seseorang digigit oleh hewan rabies, kami dapat merawat orang ini. Namun jika tidak segera dirawat, 100% kemungkinan akan mati.

 

 

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

4. HIV

"Hingga saat ini, HIV merupakan virus paling mematikan di antara semuanya," ujar Dr. Amesh Adalja, seorang dokter penyakit menular dan juru bicara untuk Infectious Disease Society of America.

Diperkirakan 32 juta orang telah meninggal karena HIV, sejak penyakit ini pertama kali diakui pada awal 1980-an. "Penyakit menular yang memakan korban terbesar umat manusia saat ini adalah HIV," kata Adalja.

Obat antivirus yang kuat telah memungkinkan orang hidup selama bertahun-tahun dengan HIV. Tetapi penyakit ini terus menghancurkan banyak negara berpenghasilan rendah dan menengah, yang 95% infeksi HIV baru terjadi. Hampir 1 dari setiap 25 orang dewasa di wilayah WHO di Afrika positif HIV, terhitung lebih dari dua pertiga dari orang yang hidup dengan HIV di seluruh dunia.

5. Cacar

Pada tahun 1980, WHO menyatakan dunia bebas dari cacar. Tetapi sebelum itu, manusia berjuang melawan cacar selama ribuan tahun, dan penyakit ini membunuh sekitar 1 dari 3 orang yang terinfeksi. Juga, membuat pasien yang selamat menyisakan bekas luka dalam dan permanen, seringkali kebutaan.

Tingkat kematian jauh lebih tinggi di luar Eropa oleh pengunjung yang membawa ke wilayahnya. Misalnya sejarawan memperkirakan 90% populasi asli Amerika meninggal karena cacar yang dibawa oleh penjelajah Eropa. Pada abad ke-20 saja, cacar menewaskan 300juta orang.

6. Hantavirus

Hantavirus pulmonary syndrome (HPS) pertama kali dikenal luas di Amerika Serikat pada tahun 1993, saat seorang Navajo (suku penduduk Asli Amerika) dan tunangannya yang tinggal di Four Corners, Amerika Serikat meninggal karena sesak napas dalam hitungan hari.

Beberapa bulan kemudian, otoritas kesehatan mengisolasi hantavirus dari tikus rusa yang tinggal di rumah salah satu orang yang terinfeksi.

Saat ini, lebih dari 600 orang di Amerika Serikat yang telah kontak dengan HPS, dan 36% telah meninggal karenanya, menurut CDC. Penyakit ini tidak ditularkan dari orang ke orang, melainkan tertular dari kotoran tikus yang terinfeksi.

Sebelumnya hantavirus lain pada awal 1950-an, selama Perang Korea, menginfeksi lebih dari 3.000 tentara dan sekitar 12% diantaranya meninggal, menurut artikel tahun 2010 dalam jurnal Clinical Microbiology Reviews.

7. Influenza

Selama musim flu biasa, bisa membunuh 500.000 orang di seluruh dunia, menurut WHO. Tetapi, saat strain flu baru muncul, pandemi bisa terjadi dan penyebaran penyakit bisa lebih cepat dan seringkali meningkatkan tingkat kematian.

Pandemi flu paling mematikan hingga saat ini adalah Flu Spanyol, dimulai pada 1918 dan merebak hingga 40% dari populasi dunia, serta menewaskan sekitar 50 juta orang.

 

3 dari 3 halaman

8. Virus Dengue

Virus ini pertama muncul pada 1950-an di Filipina dan Thailand, lalu sejak saat itu menyebar ke seluruh wilayah tropis dan subtropis di dunia. Dan kemungkinan akan menyebar lebih luas ketika dunia menghangat.

Virus ini membuat sakit 50-100 juta orang per tahun, menurut WHO. Namun, meskipun tingkat kematian demam berdarah lebih rendah dari beberapa virus lainnya, 2,5% virus lainnya tersebut dapat menyebabkan penyakit seperti Ebola yang disebut demam berdarah dengue, dan kondisi tersebut memiliki tingkat kematian 20% jika tidak diobati.

Vaksin untuk demam berdarah telah disetujui pada tahun 2019 oleh FDA untuk digunakan pada anak-anak usia 9-16 tahun yang tinggal di daerah endemi demam berdarah dan dengan riwayat infeksi virus, menurut CDC. Di beberapa negara,vaksin yang disetujui tersedia untuk orang berusia 9-45 tahun, namun dengan syarat pernah kontak dengan kasus demam berdarah sebelumnya.

9. Rotavirus

Virus penyebab penyakit diare parah pada bayi dan anak kecil ini sudah ada vaksinnya. Virus ini menyebar dengan sangat cepat melalui fecal-oral (melalui partikel feses yang kecil yang tidak sadar termakan).

Meskipun anak-anak di negara maju jarang meninggal karena infeksi Rotavirus, penyakit ini merupakan pembunuh di negara berkembang, terutama yang tidak tersedia perawatan rehidrasi secara luas.

WHO memperkirakan 453.000 anak di bawah 5 tahun di seluruh dunia meninggal akibat infeksi rotavirus tahun 2008. Namun negara yang sudah menerapkan vaksinnya dilaporkan memiliki penurunan jumlah kesakitan dan kematian akibat rotavirus.

10. SARS-CoV

Virus ini menyebabkan sindrom pernapasan akut parah, dikenal dengan nama SARS, pertama kali muncul tahun 2002 di provinsi Guangdong, China Selatan, menurut WHO. Virus itu kemungkinan muncul pada kelelawar awalnya, kemudian pindah ke mamalia musang sebelum akhirnya menginfeksi manusia. Selain mewabah di China, SARS menyebar ke 26 negara di seluruh dunia, menginfeksi lebih dari 8000 oprang dan menewaskan 770 orang dalam dua tahun.

Gejala penyakit ini yaitu demam, menggigil, dan sakit di sekujur tubuh, serta sering kali berkembang menjadi pneumonia, suatu kondisi parah saat paru-paru meradang dan terisi nanah. Tingkat kematian SARS 9,6% dan hingga saat ini belum ada obat atau vaksin yang disetujui. Namun tidak ada kasus baru SARS sejak awal 2000-an, menurut CDC.

11. MERS

Virus yang menyebabkan sindrom pernapasan Timur Tengah, atau MERS, menjadi wabah di Arab Saudi pada 2012. juga di Korea Selatan pada 2015.

Virus MERS termasuk keluarga virus yang sama dengan SARS-CoV dan kemungkinan berasal dari kelelawar juga. Penyakit itu menginfeksi unta sebelum menular ke manusia dan memicu demam, batuk dan sesak napas pada orang yang terinfeksi.

MERS sering berkembang menjadi pneumonia berat dan diperkirakan memiliki tingkat kematian antara 30% dan 40%, menjadikannya virus paling mematikan dari virus korona karena diketahui dapat berpindah dari hewan ke manusia. Seperti halnya SARS-CoV dan SARS-CoV-2, belum ada vaksin hingga kini.

12. SARS-CoV-2

SARS-CoV-2 termasuk dalam keluarga besar virus yang sama dengan SARS-CoV, yang dikenal sebagai coronavirus, dan pertama kali diidentifikasi pada Desember 2019 di kota Wuhan di Cina. Virus ini kemungkinan berasal dari kelelawar, seperti SARS-CoV, dan melewati hewan peralihan sebelum menginfeksi manusia.

Sejak kemunculannya, virus ini telah menginfeksi puluhan ribu orang di Cina dan ribuan lainnya di seluruh dunia. Wabah penyakit yang disebut Covid-19 ini mendorong karantina besar-besaran di Wuhan dan kota-kota terdekat, pembatasan perjalanan ke dan dari negara-negara yang terkena dampak, dan upaya di seluruh dunia untuk mengembangkan diagnostik, perawatan dan vaksin.

Tingkat kematian Covid-19 sekita 2,3% dan kasusnya kebanyakan terjadi pada orang yang lebih tua atau memiliki kondisi kesehatan yang mendasarinya, menjadikan mereka yang paling rentang dan berisiko mengalami penyakit parah dan komplikasi. Gejalanya tergolong umum, seperti demam, batuk kering dan sesak napas, dan penyakit ini dapat berkembang menajdaio pneumonia pada kasus yang parah.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.