Sukses

Chloroquine Mulai Digunakan Untuk Meredam Corona COVID-19, FDA di AS Tak Setuju

Dokter-dokter di China, Korea Selatan, dan Prancis mulai gunakan obat Chloroquine unto mengatasi Covid-19.

Liputan6.com, Jakarta Para dokter di seluruh dunia terus berupaya menemukan obat yang dapat menyembuhkan pasien, terutama mereka yang kritis. Obat Chloroquine ataupun hydroxychloroquine, adalah salah satu solusi yang telah dicoba di beberapa negara karena virus ini telah menyebar ke seluruh dunia, menewaskan sedikitnya 11 ribu lebih pada 20 Maret. 

Kedua obat ini menjadi langka di Amerika Serikat bulan ini karena kabar manfaat potensialnya terhadap virus corona. Ditambah, dokter-dokter di China, Korea Selatan dan Perancis telah melaporkan obat tersebut tampaknya membantu melawan gejala Coronavirus baru.

Padahal, obat ini belum dilibatkan dalam penelitian berskala besar yang dapat membuktikan keefektifan kerja obat ini dalam skala global. Selain itu, badan pengawas obat dan makanan AS (FDA) juga belum menyetujui obat apapun untuk digunakan dalam pengobatan virus corona COVID-19.

Dr. Stephen M. Hahn, yang merupakan komisioner Administrasi Makanan dan Obat-obatan hanya selama tiga bulan, tidak langsung sepakat dengan ungkapan presiden Trump tersebut sebelum ada bukti dalam skala besar bahwa obat tersebut aman digunakan untuk skala global.

Meskipun demikian, para dokter bebas menggunakan kedua obat tersebut untuk tujuan yang dianggap tepat. Maka dari itu, obat ini sedang dalam masa uji klinis besar-besaran.

 

Simak Video Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Hasil studi laboratorium

Beberapa rumah sakit di Amerika Serikat telah mulai menggunakan obat tersebut untuk pasien Covid-19, tampaknya karena obat tersebut murah dan relatif aman. Studi laboratorium menemukan obat tersebut dapat membantu mencegah dan membatasi infeksi dengan mencegah virus corona menyerang sel.

Namun, tidak semua orang dapat diberikan obat ini. Obat ini tidak aman untuk orang yang menderita aritmia jantung, atau mereka yang mengalami gangguan ginjal atau hati.

University of Minnesota juga sedang melakukan penelitian perlakuan hidroksi klorokuin terhadap pasien Covid-19 untuk mengetahui kebenaran manfaatnya dalam mencegah infeksi Covid-19.

Selain itu, obat Remdesivir, obat untuk menangani Ebola, juga masih dalam uji klinis terhadap virus corona baru dan tidak bekerja cukup baik dalam menghadapi virus corona ini.

Hahn mencatat pentingnya membuktikan obat-obatan aman dan efektif. "Yang juga penting adalah tidak memberikan harapan palsu, tetapi memberikan harapan," katanya.

Trump sebelumnya telah membuat prediksi yang tidak berdasar bahwa epidemi coronavirus akan segera hilang. Lalu pada hari Kamis (19 Maret), ia muncul untuk mendaftarkan obat malaria dalam upaya itu, meskipun Dr. Deborah Birx, koordinator respons coronavirus Gedung Putih, mengatakan virus itu dapat kembali muncul pada musim gugur atau musim dingin tahun depan.

"Jika berhasil, nomor (jumlah kasus) Anda akan turun sangat cepat," kata Trump. "Jadi, kita akan melihat apa yang terjadi, tetapi ada peluang nyata bahwa mereka (Chloroquine) mungkin bekerja."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.