Sukses

RSHS Gunakan Anggaran Khusus Tangani COVID-19

Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung menyatakan menggunakan anggaran khusus dalam penanganan penyakit infeksi menular khusus seperti COVID-19.

Liputan6.com, Bandung - Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung menyatakan menggunakan anggaran khusus dalam penanganan penyakit infeksi menular khusus seperti COVID-19. Total anggarannya mencapai kurang dari Rp1 miliar.

Menurut Direktur Utama RSHS Bandung Nina Susana Dewi, anggaran khusus itu salah satunya digunakan untuk membeli perlengkapan alat pelindung diri (APD) bagi seluruh petugas yang ada di ruang isolasi. Nina mengatakan penggunaan APD tersebut hanya satu kali pakai.

“Itu satu perangkat itu terdiri mulai tutup kepala kemudian ada kacamatanya, ada maskernya N95, itu sarung tangan juga ada dua lapis kan, ada sepatunya. Itu satu hari, kita memakai 18 set karena ada tiga shift. Tiga shift itu pagi ada berapa orang, siang, malam itu semuanya harus pakai. Jadi termasuk orang-orang yang seperti cleaning service pun harus, kemudian orang laboratorium juga pakai,” kata Nina di RS Hasan Sadikin, Bandung, Selasa, 3 Maret 2020. 

Nina menjelaskan usai pemakaian, beberapa jenis APD tersebut dibuang kecuali pakaian, sepatu, dan kacamata pelindung. Sehingga estimasi biaya dalam satu hari untuk APD mencapai Rp5,4 juta.

Nina mengaku biaya tersebut belum termasuk pengadaan berbagai macam obat-obatan dan makanan, jika terdapat pasien dalam pengawasan ketat di ruang isolasi. Untuk pasien peserta BPJS, Nina mengatakan dapat digunakan dalam penanganan COVID-19 apabila terbukti secara klinis negatif terpapar.

 “Tapi untuk yang positif seluruh biaya operasional yang dikeluarkan oleh rumah sakit akan diganti oleh pemerintah. Sedangkan untuk biaya perawatan pasien umum harus membayar sendiri,” ujar Nina.

 

 

Saksikan juga video menarik berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Anggaran Dianggap Cukup

Nina menuturkan sampai saat ini anggaran terbatas yang dimiliki oleh RSHS dianggap mencukupi. Pasalnya dari enam pasien dalam pengawasan ketat COVID-19 yang dirawat di ruang isolasi telah dinyatakan negatif terpapar.

Namun akan berbeda halnya, jika pasien yang dirawat di ruang isolasi hasil dari laboratorium Badan Penelitian dan Pengambangan Kesehatan (Baitbangkes) Kementerian Kesehatan positif terpapar virus SARS-CoV-2.

“Kami memang menyediakan anggaran khusus, tapi tidak banyak. Sekarang saja pengadaan masker N95 stoknya kosong. Jadi makanya semua orang mencari, biasanya kan banyak tuh masker biasa juga. Sekarang sudah mulai berkurang karena memang orang banyak pakai,” sebut Nina. 

Meski demikian RSHS tetap harus bersiaga penuh dalam penanganan COVID-19 tutur Nina, dengan peralatan yang tidak begitu lengkap. Untuk itu diharapkan seluruh fasilitas kesehatan yang ada, ikut bekerja sama dalam penanganan COVID-19.

Saah satunya ucap Nina, yaitu mengikuti alur rujukan pasien. Pasien yang dirujuk ke RSHS diharapkan dilengkapi dengan dokumen resmi hasil diagnosis awal dari fasilitas kesehatan sebelumnya.

Sebelumnya Direktur Medis dan Keperawatan RSHS Nucki Sjamsi Hidajat mengatakan, rumah sakit yang bertanggung jawab langsung ke Kementerian Kesehatan tersebut kekurangan masker dan alat bantu pernapasan. Alat tersebut digunakan untuk membantu pasien dalam pengawasan ketat COVID-19, yang memiliki kendala dalam pernapasan. (Arie Nugraha)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.