Sukses

Ketahuan Sebarkan Virus Corona Tanpa Gejala, Wanita Lebih Kuat Daripada Pria?

Seorang wanita China berusia 20 tahun dari Wuhan diketahui menyebarkan virus corona baru tanpa gejala. Ia menularkan virus corona teman prianya.

Liputan6.com, Jakarta Seorang wanita China berusia 20 tahun dari Wuhan diketahui menyebarkan virus corona baru tanpa gejala. Ia menularkan virus corona pada teman prianya.

Hal ini menarik para ilmuwan karena wanita ternyata tak hanya dapat hidup lebih lama daripada pria, tapi juga memiliki gen yang lebih sehat.

Seperti dikutip laman Livescience, wanita dikenal memiliki kejadian kanker lebih rendah (pria memiliki risiko 2 per 5 mengalami kanker). Wanita juga lebih mampu mengatasi trauma lebih baik dibandingkan pria, dan menurut beberapa laporan tidak mengalami sakit parah dari infeksi bakteri dan virus.

Peneliti dari Ghent University di Belgium berpendapat bahwa perbedaan ini mungkin disebabkan oleh sepotong kecil materi genetik yang disebut microRNA yang hanya ada pada kromosom X wanita. Fungsi utama microRNA dalam sel adalah untuk mematikan atau 'membungkam' gen-gen tertentu, sehingga memberi wanita keunggulan sistem kekebalan tubuh dibanding pria.

Sedikit Cerita Tentang XX dan XY

Kromosom X diketahui mengandung banyak gen yang berhubungan dengan kesehatan. Sementara wanita memiliki dua kromosom X, sedangkan pria memiliki satu kromosom X dan satu kromosom Y, kromosom X pada wanita dinon-aktifkan secara sembarang saat embrio berkembang. Namun inaktivasi ini tidak sempurna, sehingga terkadang gen-gen berhasil kabur dari inaktivasi tersebut. Dalam hal ini, wanita akan memiliki 2 salinan kromosom X

Inilah yang dipikirkan peneliti, jika kromosom X mengandung 10 persen dari microRNA secara keseluruhan dan terlibat dengan sistem imun dan pertumbuhan kanker maka memiliki 2 salinan kromosom X mempersiapkan wanita dengan perlindungan ekstra sistem imun serta melawan kanker.

Eleanor Fish, seorang profesor imunologi di University of Toronto, Kanada mengatakan bahwa penelitian tersebut akan membawa perubahan lebih baik dalam menganalisis suatu penyakit agar mengikutsertakan data seksnya (jenis kelaminnya). Namun, bukan berarti faktor penyebab penyakit hanya dari kromosom X, kemungkinan perbedaan hormon dan sejumlah faktor lain juga turut berpengaruh, ujarnya.

Jurnal tersebut diterbitkan pada 27 September 2011 di Jurnal BioEssays.

Mungkin hal ini juga yang menyebabkan penderita COVID-19 kebanyakan pria dibandingkan wanita.

Hingga saat ini, rata-rata fatalitas kematian (probabilitas/kemungkinan meninggal akibat terinfeksi virus dalam persen) berdasarkan jenis kelamin yaitu pria 2,8 persen dan wanita 1,7 persen, dan jumlah kasus yang terkonfirmasi sebanyak 51,4 persen adalah pria, dengan rasio pria:wanita yaitu 0,99:1 di Wuhan, 1,04:1 di Hubei, dan 1,06:1 di China secara keseluruhan, mengutip dari ChinaCDCWeekly, 17 Februari 2020.

 

 

 

Simak Video Menarik Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kasus tanpa gejala bertambah

Para ilmuwan di China mengatakan, mereka sangat berhati-hati untuk memberikan kesimpulan sembari mengumpulkan bukti bahwa wanita itu memiliki virus corona tanpa gejala.

"Seorang wanita menempuh perjalanan 400 mil (650km) dari Wuhan ke Anyang di provinsi Henan pada 10 Januari dan mengunjungi beberapa kerabat. Ketika kerabatnya mulai sakit, dokter mengisolasi wanita itu dan menguji virus korona. Awalnya, hasil tes wanita itu negatif. Tetapi tes tindak lanjut positif," kata ilmuwan, seperti dimuat laman the Guardian.

Menurut para ahli, kelima kerabatnya tersebut menderita pneumonia Covid-19, tetapi pada 11 Februari wanita itu masih belum mengalami gejala apa pun, CT scan dadanya juga tetap normal dan dia tidak mengalami gejala demam, perut atau pernapasan, seperti batuk atau sakit tenggorokan.

Beberapa pekan lalu, Badan pengawas epidemi Taiwan melaporkan ada individu yang terinfeksi virus corona telah melakukan perjalan ke Italia melalui Hong Kong pada tanggal 22 Januari dan kembali ke Taiwan pada tanggal 1 Februari.

Orangtua beserta saudara laki-lakinya sudah terinfeksi virus corona lebih dulu dan menunjukkan gejala seperti batuk atau demam. Sedangkan pria berusia 20 tahun ini tidak menunjukkan gejala apapun hingga saat ini, ujar pengawas.

Terkait hal ini, pemerintah dan para ilmuwan hingga kini terus menggali informasi terkait apakah virus corona bisa menyebar meskipun tanpa gejala.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.