Sukses

Harga Masker N95 Meroket Sejak Virus Corona, Kemenkes: Itu Tidak Didesain untuk Ini

Merebaknya kasus virus Corona yang menghebohkan dunia membuat harga masker melambung tinggi.

Liputan6.com, Jakarta - Harga masker yang melambung tinggi sejak hebohnya virus Corona membuat Kementerian Kesehatan Republik Indonesia harus meluruskan sesuatu. Sekretaris Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dr Achmad Yurianto, mengimbau masyarakat untuk membangun logikanya. 

Menurut dia, masyarakat perlu diedukasi beberapa hal, seperti etika batuk dan kegunaan dari masker itu sendiri. 

"Orang kalau batuk atau pilek, apa pun penyebabnya mau virus atau bakteri, seharusnya dia menggunakan masker supaya problem-nya tertahan di masker," kata Yurianto saat ditemui di kantor Kemenkes Jakarta pada Senin (10/02/2020).

Lebih lanjut, Yurianto mengatakan bahwa sebenarnya masker digunakan pada orang yang sakit, sehingga pada orang yang sehat tidak perlu memakai masker. Dengan logika yang salah, orang yang sebenarnya tidak terjangkit flu atau batuk dan kemudian berburu masker inilah yang menyebabkan harga masker melambung tinggi.

Yurianto lebih mengimbau masyarakat untuk tidak panik karena harga masker yang tinggi dan meminta masyarakat tidak perlu memakai masker saat sendiri, atau jika tidak benar-benar butuh.

Masker N95, yang menjadi "primadona" selama hebohnya pemberitaan virus Corona, menurut Yurianto, tidak didesain untuk masker kesehatan, melainkan untuk tenaga laboratorium yang udaranya bersih supaya spora tidak masuk.

"Kalau mencoba di udara seperti ini setengah jam pasti engap karena porinya lembut banget, pasti kita susah napas," kata Yurianto.

"N95 tidak direkomendasi untuk ini, kecuali kita bekerja di laboratorium. Pakai masker yang biasa saja," dia menekankan.

 

Simak Video Menarik Berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Budayakan cuci tangan

Selain masker, Yurianto juga menekankan logika mengenai budaya mencuci tangan. Menurut penurutan beliau, rata-rata orang memegang segitiga wajah (mata, hidung, mulut) dua kali dalam satu menit.

Jadi bukan hanya diri sendiri yang perlu diperhatikan, tetapi orang lain. Saat kita sedang mengenakan masker, dan ada orang yang tidak memakai masker tetapi dia batuk dan pilek, belum tentu kita dapat terhindar. "Misalnya, ada orang batuk enggak pakai masker, dia tutup pakai mulut, dan setelah itu dia memegang sesuatu, lalu kita memegangnya juga, itu bisa jadi kita dapat tertular," jelasnya.

Selanjutnya, mengenai penularan melalui ponsel pintar ditanggapi Yurianto dijawab Yurianto dengan kemungkinan. "Menularnya lewat handphone, bisa saja. Asal ketika batuk, dan handphone-nya langsung dipinjam, ya bisa langsung ketularan," ujar Yurianto.

"Enggak usah merek Cina, handphone apa pun," katanya, diselingi dengan candaan.

Diakhir, Yurianto menyampaikan bahwa peran besar Kemenkes adalah menyadarkan masyarakat agar mereka tahu betul apa yang harus dilakukan dan tidak, dengan membangun logika di masyarakat agar hal semacam melambungnya harga masker di masyarakat tidak dimanfaatkan oleh beberapa oknum yang mencari keuntungan.

 

Penulis: Lorenza Ferary

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.