Sukses

Alat Deteksi Virus Corona Temuan Unair, Kemenkes: Butuh Klarifikasi Dulu

Temuan alat deteksi virus corona yang dibuat UNAIR membutuhkan klarifikasi dahulu.

Liputan6.com, Jakarta Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Kesehatan RI menanggapi temuan alat pendeteksi (reagen) virus corona baru (2019-nCoV) yang dibuat Universitas Airlangga (UNAIR) bekerja sama dengan Kobe University Jepang. Kabarnya, melalui alat tersebut, diagnosis gejala virus corona dapat diketahui secara jelas.

"Reagen virus corona dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah ada protokolnya. Kalau ada yang bilang bisa menemukan (reagen) ya bisa saja, tapi mungkin kami harus klarifikasi dulu," kata Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, Vivi Setiawaty saat ditemui di Gedung Kementerian Kesehatan, kemarin (4/2/2020).

Vivi menjelaskan, klarifikasi diperlukan untuk mengetahui apakah alat tersebut sudah sesuai dengan protokol reagen virus corona yang dikeluarkan WHO.

"Sekarang ini, kami belum klarifikasi soal reagen Unair. Apakah sudah sesuai dengan ketentuan WHO atau tidak," Vivi melanjutkan.

 

Simak Video Menarik Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Dukung Pemeriksaan Virus Corona

Meski Kemenkes belum melakukan klarifikasi lebih lanjut terhadap alat temuan Unair, Vivi menyampaikan bahwa kementerian tersebut mendukung bentuk pengembangan sains apa pun, terutama yang terkait deteksi virus corona. 

"Kami mendukung semua laboratorium yang bisa melakukan pemeriksaan, khususnya deteksi virus corona," Vivi menerangkan.

"Tapi kan semua itu tetap terkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan. Jadi, harus diklarifikasi dulu temuan yang ada."

 

3 dari 3 halaman

Akurasi 99 Persen

Pada 3 Februari 2020, Rektor Unair Prof Mohammad Nasih di Surabaya, Senin, 3 Februari 2020 menegaskan, reagen temuan Unair dapat mengidentifikasi pasien yang sudah disuspect terjangkit virus corona yang berasal dari Wuhan.

Akurasi reagen ini, menurut Nasih, mencapai 99 persen.

"Jadi pemeriksaannya dari dahak, kalau memang hasilnya sama dengan parameter yang positif, maka akan dilakukan penanganan khusus," tutur dia.

Penanganan khusus dilakukan oleh tim khusus dan di ruang isolasi di RS Unair dan RSUD Dr Soetomo. Jika ada suspect, pasien bisa dibawa ke Unair. Nasih mengatakan, pasien terduga infeksi virus corona rujukan dari RSUD Dr Soetomo pun juga dibawa ke Unair, meskipun saat itu masih memakai reagen yang lama.

Kemampuan Unair menemukan reagen ini tak lepas dari akses Kobe University dan relasi di Jerman dalam mengakses data dan gen virus corona dari bank virus.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.